Geosite Gua Petruk Sebagai Model Geoheritage Karst Gombong Selatan

0
“Thole, mau didongengin tentang Geosite Goa Petruk enggak ?”
“ Wah Goa Petruk , dimana itu bang ?” Dongengin dong”

Kali ini ada bulik Widya Mayank Sari  dari Teknik Geologi Universitas Jendral soedirman yang akan dongengin ya , Tingginya animo masyarakat terhadap wisata alam, menjadi salah satu peluang untuk dikembangkannya geowisata Thole. Yaitu kegiatan pariwisata minat khusus yang fokus terhadap kenampakan geologis serta hal didalamnya. Geowisata dapat mendorong pemahaman masyarakat akan lingkungan hidup, alam dan budaya. Lebih lanjut sebagai bentuk kegiatan konservasi alam, serta kelestarian kearifan lokal.

Kawasan karst menjadi salah satu sumber daya alam yang dapat dijadikan objek geowisata. Kenampakan bentang lahan yang unik dengan sistem gua-gua yang saling terhubung, serta sungai-sungai bawah tanah yang indah. Seperti yang ada di Kawasan Karst Gombong Selatan (KKGS).

Kawasan Karst Gombong Selatan memiliki ratusan sistem gua dan beberapa diantaranya sudah dimanfaatkan sebagai wisata, seperti Gua Petruk yang ada di Desa Candirenggo, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Namun kurangnya pengetahuan akan geowisata gua, menjadikan pelaksanaan aktifitas wisata yang tidak terkonsep, baik secara penyajian aspek wisata, maupun faktor keamanan dan kenyamanan pengunjung. Sehingga pemanfaatannya kurang optimal.

Gua Petruk termasuk ke dalam Kawasan Karst Gombong Selatan, merupakan bagian dari Pegunungan Selatan yang membentang di bagian selatan Jawa. Bentangalam Karst Gombong Selatan merupakan kegelkarst, yaitu bentangalam yang meliputi bukit-bukit kerucut yang berlereng terjal dengan lekuk-lekuk tertutup (cockpit) di sela-selanya (Samodra, 2001, p. 49).

Gua Petruk masuk ke dalam Peta Geologi Regional Lembar Banyumas, Jawa yang disusun oleh Asikin, dkk., (1992). Mengacu Peta Geologi Regional Lembar Banyumas tersebut, Gua Petruk terbentuk pada Formasi Gabon berumur Oligosen sampai Miosen Awal.

Aspek Speleologi

Pemetaan gua dilakukan pada lantai satu (lorong utama) untuk mengetahui keadaan lorong, sekaligus pendataan keanekaragaman ornament gua. Panjang Lorong gua yang telah dipetakan adalah sekitar 663.21 meter. Panjang total lorong gua ini diinterpretasikan mencapai lebih 1 km, dengan banyak cabang lorong yang belum sempat terpetakan karena terbatasnya waktu pemetaan.

Kondisi lorong berair dan berlumpur dengan bentukan morfologi yang unik, menghasilkan variasi lebar dan tinggi lorong. Terdapat pula kolam-kolam kecil (sump), dan aliran sungai bawah tanah bertipe upstream (arus air dari dalam ke luar gua).

Gua Petruk memiliki dua tiga lantai, dengan dua entrance horizontal yang berbeda. Umumnya lantai satu untuk penelusuran horizontal wisatawan, lantai dua untuk wisata minat khusus seperti rapelling, dan single rope technique (SRT). Sedangkan lantai ketiga jarang digunakan wisatawan. Namun dijadikan lokasi tambang fosfor dari guano (kotoran kelelewar) oleh masyarakat sekitar.

Berdasarkan deskripsi lorong, didapatkan berbagai macam bentukan ornamen gua dengan bentuk dan proses pembentukan yang berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh perbedaan kadar kalsium karbonat (CaCO3), bentuk rekahan antar tempat satu dengan yang lain, dan faktor eksternal lainnya.

Ornamen tersebut antara lain :

Gambar Ornamen Gua
  1. Stalaktit, terbentuk di atap gua berupa endapan zat kapur yang lolos melalui celah (3a).
  2. Stalakmit, terbentuk pada dasar gua, akibat endapan sisa kapur yang terbawa air menetes dari atas. Umumnya berpasangan dengan stalaktit di atasnya (3b).
  3. Marble dan Pearl, berbentuk bulat menyerupai bola, kelereng/mutiara (3c).
  4. Flowstone, terbentuk dari milyaran tetes tanah yang mengendap menyeluungi batuan, membentuk permukaan menyerupai undak (3d).
  5. Gordyn, terbentuk oleh stalakmit yang tumbuh sejajar sepanjang rekahan (3e).
  6. Moonmilk, ornamen gua yang berbentuk seperti lelehan susu (3f).
  7. Bacon (Drapery), memiliki bentuk menyerupai punggung dinosaurus (3g).
  8. Sodastraw, hampir sama seperti stalaktit namun berbentuk menyerupai sedotan yang menggantung di atap (3h).
  9. Gourdam, berbentuk seperti bendungan mirip petak-petak sawah, yang terbentuk ketika pengendapan air (H2O), zat asam arangnya (CO2) menghilang dan menyisakan kalsit yang bersusun – susun (3i).

Aspek Geologi (Geodiversity)

Mengacu Peta Geologi Regional Lembar Banyumas oleh Asikin, dkk (1992), Gua Petruk terbentuk pada Formasi Gabon berumur Oligosen sampai Miosen Awal. Formasi ini tersusun oleh bahan hasil kegiatan gunung api yang terdiri dari andesit sampai basalt, termasuk anggota Tuff (Tmogt). Batuan andesit (Tma) yang berumur akhir Miosen Awal sampai Miosen Tengah menerobos Formasi Gabon. Formasi ditindih tak selaras Formasi Pamutuan (Tmpa) dan Formasi Kalipucang (Tmk) yang berumur Miosen Tengah.

Gambar Peta Geologi Daerah Gua Petruk

Litologi batuan daerah penelitian tersusun atas batugamping terumbu, setempat batugamping klastik dan dibawahnya kontak tidak salaras dengan breksi vulkanik berfragmen andesit. Kontak ini terlihat jelas di lapangan. Tepatnya sepanjang dasar sungai bawah permukaan.

Gambar Litologi Gua Petruk

Aspek Biologi (Biodiversity)

Sepanjang penelurusuran yang dilakukan, ditemukan berbagai jenis serangga seperti jangkrik, kalacemeti, laba-laba, dan kecoa. Selain serangga ditemukan pula ikan, udang, biawak, dan yang paling mendominasi adalah kelelewar yang sebagian besar menempati bagian aula (chamber) pertama. Kotoran kelelawar (guano) ini dijadikan tambang fosfor oleh warga setempat.

Sedangkan untuk flora, tidak ada flora yang tumbuh di dalam gua. Namun terdapat banyak tanaman di sekitar gua, baik berupa tanaman merambat hingga tanaman kayu seperti pohon jati.

 

Keaneragaman fauna di Gua Petruk

Analisa dan Model Geowisata

Analisa dan pemodelan geowisata di Gua Petruk, Bulik Widya menggunakan parameter yang dirumuskan oleh Fandeli dalam Sudana (2013), yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan dan penerapan aktivitas geowisata Gua Petruk sebagai berikut :

  1. Learning

Pariwisata yang mendasar pada unsur belajar. Dalam hal ini wisatawan dapat mengetahui proses pembentukan ornamen gua, maupun unsur geologi lainnya seperti jenis batuan, mineral, struktur geologi, umur batuan dan sebagainya yang ada di Gua Petruk.

  1. Rewarding

Pariwisata yang memasukkan unsur pemberian penghargaan terhadap alam. Para wisatawan harus disosialisasikan mengenai bahaya dan dampak negatif yang dapat terjadi, sehingga menumbuhkan kesadaran wisatawan maupun tuan rumah penyedia wisata tentang alam dan bersama-sama dalam upaya konservasi lokasi wisata.

  1. Enriching

Pariwisata yang memasukkan peluang terjadinya pengkayaan pengetahuan antara wisatawan dengan masyarakat.

Berwisata di Gua Petruk nanti, tidak hanya berfokus pada interaksi wisatawan dengan gua saja. Tetapi juga interaksi dengan masyarakat sekitar. Sehingga perlu adanya sosialisasi dan peningkatan sumber daya masyarakat sekitar gua, khususnya perihal sosial budaya setempat.

  1. Adventuring

Pariwisata yang dirancang dan dikemas sehingga terbentuk wisata petualangan.

Gua Petruk memiliki banyak lorong unik yang memungkinkan untuk diadakannya aktifitas ekstrem penelusuran vertikal seperti rapelling dan single rope technique atau berupa penelusuran horisontal lorong-lorong sempit.

Berdasarkan parameter tersebut kajian geowisata Gua Petruk dapat dibagi menjadi tiga segmen, yaitu segmen pertama (lorong dekat pintu masuk), segmen kedua (lorong bagian tengah) dan segmen ketiga lorong bagian akhir.

Peta Goa Petruk

Adapun materi geowisata setiap segmen sebagai berikut :

  1. Segmen Satu

Pada segmen ini, kondisi lorong masih relatif terang karena masih dekat pintu masuk gua (lorong senja), sehingga sangat tepat untuk wisatawan yang hendak belajar teknik fotografi gua. Selain itu, pada segmen ini juga dapat mengaplikasikan materi adventuring berupa rapelling (menuruni gua menggunakan tali) dan single rope technique (pemanjatan menggunakan tali), dan materi learning dari kajian pembentukan batuan dan ornamen gua.

  1. Segmen Kedua

Segmen ini terletak pada lorong bagian tengah gua. Keanekaragaman biota dan ornamen paling melimpah pada lorong ini, sehingga wisata edukasi paling cocok dikaji pada segmen ini. Selain itu, terdapat ornamen-ornamen yang dipercaya oleh warga sekitar memiliki sejarah. Keadaan lorong yang relatif hening, disertai suara air sungai bawah tanah, yang menenangkan, sangat cocok untuk wisatawan yang hendak mencari tempat untuk renungan (upacara gua).

  1. Segmen Tiga

Pada segmen tiga, morfologi lorong semakin menyempit dan meliuk, disertai jalan bermedan air dan lumpur tebal, sehingga sangat cocok untuk wisata minat khusus berupa eksplorasi gua.

” Waah menarik sekali ya Bulik ternyata menyusuri Gua Karst seperti gua petruk ini, dan ternyata bisa juga dikembangkan untuk geowisata ya bulik”
“Iya Thole, selain sarana hiburan di sini kita juga belajar tentang geologi gua karst, dan yang terpenting geosite harus menanamkan prinsip menjaga ekosistem dan ekologi serta harus tetap aman untuk para wisatawan”
Liked it? Take a second to support Dongeng Geologi on Patreon!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here