Oleh : Muchlis Nurdiyanto
Sudah tahu kan Kepulauan Natuna sudah menjadi geopark sejak Bulan November 2018 ? atau malah baru tahu ? memang pencanangan kawasan Natuna menjadi Geopark Nasional memang sudah lama dilakukan. Dengan berbagai sosialisasi, kajian-kajian, dan berbagai rekomendasi, akhirnya secara administrasi dan teknis kawasan Natuna disetujui sebagai Geopark Nasional Indonesia.
“ Loh Geopark itu apa sih bang ? semacam Taman bermain gitu ya bang ?”
“ Jadi gini lho, Geopark itu merupakan sebuah konsep manajemen pengembangan suatu kawasan (dengan luas tertentu) secara berkelanjutan yang memaduserasikan tiga keanekaragaman alam, yaitu geologi (geodiversity), hayati (biodiversity) dan budaya (culturaldiversity). Dalam pengembangannya, konsep ini berpilar pada aspek Konservasi, Edukasi, Pemberdayaan Masyarakat, dan Penumbuhan Nilai Ekonomi Lokal melalui geowisata”
“maka nanti akan menjadi acuan bagi pemerintah dalam menentukan arah pembangunan yang disesuaikan dengan konsep geopark itu sendiri. Bayangkan saja, 30 tahun yang akan datang kita masih bisa menikmati indahnya Natuna dengan pemandangan yang sama seperti sekarang ini. Karena ia sudah “dipatenkan” sebagai kawasan geopark dimana geosite tidak boleh dirubah tatanannya”
Nah, Luasan area yang dimiliki oleh Natuna sudah memenuhi syarat untuk ditetapkannya sebagai Geopark Nasional, ia terbentang dari bagian selatan hingga ke utara dan menutupi hampir separuh sisi timur pulau Bunguran. Batuan granit merupakan daya tarik utama dari situs Geopark Natuna. Konon usia batuan granit beragam ukuran ini sudah mencapai ratusan juta tahun, sangat menarik untuk diteliti bukan?

“Ah batu Granit sama seperti di pulau Belitung di film Laskar pelangi itu bang “
“ Iya benar sekali, Sama halnya dengan Bangka, Belitung dan Riau Kepulauan, Kepulauan Natuna berada pada jalur timah yang dibawa oleh jalur batolit granitoid-granitik berumur Trias. Walaupun tidak kalah indahnya dengan pantai-pantai berbatu granit seperti di Belitung, pantai-pantai berbatu granit di Kepulauan Natuna, seperti di Pantai Pasat Tinggi, kalah tenar. Mungkin karena pencapaian yang jauh membuat pariwisata tidak berkembang maksimal di Natuna.”
Nah ada apa aja sih di Natuna
1. Senubing (Bunguran Timur)
Senubing itu geosite pertama dan yang terdekat dengan bandara dan kota yang memungkinkan dikunjungi pertama kali. Letaknya berjarak sekitar 3 sampai 5 km dari pusat kota Ranai, kita akan melewati Masjid Agung Natuna jika akan pergi ke geosite ini. Senubing merupakan sebuah semenanjung indah dengan hiasan batuan granit yang terhampar. Laut Natuna Utara dan Pulau Senua juga siap melengkapi pemandangan di sini. Ada beberapa objek yang berada di sekitar Senubing ini seperti Batu Kapal, Batu Datar, Batu Sindu dan Batu Rusia. Site Senubing memang banyak “dihuni” oleh batuan granit beragam ukuran yang beberapa telah saya sebutkan diatas. Disamping geodiversity, area Senubing merupakan habitat dari Kekah (Presbytis Natunae) yang merupakan primata endemik nan unik yang berasal dari Natuna. Dari segi budaya dan sejarah, ada Batu Rusia yang menjadi saksi bisu para korban selamat dari kapal yang tenggelam di perairan sekitar Pulau Senua. Ada juga Batu Kapal yang punya cerita mirip seperti Malin Kundang di Sumatera Barat.
2. Taman Batu Alif (Bunguran Timur)
Siapa yang tak kenal geosite yang satu ini. Letaknya sekitar 5 km dari geosite yang pertama tadi, kita hanya tinggal meneruskan perjalanan ke arah utara sekitar 10 menit berkendara. Baru-baru ini Alif Stone Park menyabet penghargaan bergengsi dunia pariwisata Indonesia dalam kategori wisata terunik dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) award 2018. Yap, memang unik, tanjung kecil di Desa Sepempang ini dipenuhi oleh tumpukan batuan granit yang berserakan dari darat hingga ke laut. Oleh pengelolanya, Batu Alif ini disulap jadi taman bebatuan yang ngademin, ragam tanaman hias mengisi sela-sela batuan dan ditambah dengan fasilitas homestay yang siap mengakomodasi kamu kamu semua.
3. Gua dan Pantai Bamak (Bunguran Timur Laut)
Geosite ketiga ini terletak di Kecamatan Bunguran Timur Laut, kira-kira membutuhkan waktu 30 menit berkendara dengan kecepatan rata-rata dari geosite kedua untuk sampai ketempat ini. Kawasan Bamak merupakan semenanjung kecil yang terdiri dari pantai berpasir putih dengan singkapan batuan sedimen di tepain pantai hingga laut. Di sekitar situs Bamak ini terdapat Pulau Sahi, sebuah gundukan batu besar berjarak 100 – 200 meter dari bibir pantai. Sangat unik untuk diteliti secara geologi bagaimana terbentuknya pulau ini. Meski secara kultur, cerita-cerita rakyat sudah pun berkembang luas di masyarakat mengenai pulau batu ini.
4. Tanjung Datuk (Bunguran Utara)
Pulau Bunguran ini memiliki 4 pemecah ombak alami di empat penjuru pulau, (sssstttt, tiga diantaranya masuk dalam wilayah Geopark Natuna, lho). Ini merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa yang Ia berikan kepada Natuna. Nah Tanjung Datuk ini adalah salah satu diantara yang berada di penjuru utara. Berjarak sekitar 20 – 30 menit berkendara ke arah utara dari geosite Bamak, tebing batuan raksasa berdiri gagah menantang ombak Lautan Natuna Utara untuk dijinakkan. Di area ini juga terdapat singkapan lapisan batuan yang menarik untuk diteliti. Dalam ilmu geologi, batuan-batuan yang tersingkap umunya bisa menunjukan peristiwa dan gejala geologi di suatu tempat tersebut, juga bisa menunjukkan mineral dan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya, seperti migas dan bahan tambang. Di area ini vegetasi sudah agak berubah, berbeda dengan geosite sebelumnya. Tanaman kantong semar bisa kita temukan disini. Untuk cultural diversitynya, Tanjung Datuk merupakan cerita rakyat yang sudah melegenda, erat kaitannya dengan Senubing, geosite pertama tadi. Dan geosite Tanjung Datuk menjadi geosite terakhir untuk sebelah utara ini.
5. Batu Kasah (Bunguran Selatan)
Perjalanan berlanjut ke arah selatan, geosite Batu Kasah. Jarak dari kota Ranai menuju site ini berkisar antara 25 – 30 km, sekitar 45 menit berkendara dengan kecapatan rata-rata (jangan ngebut, tidak bisa nikmatin alamnya nanti). Sama seperti Batu Alif, Batu Kasah merupakan hamparan bebatuan granit yang tersebar dan ada juga yang bertumpuk-tumpuk seakan membentuk formasi di tengah laut. Di sekitar situs ini ada banyak batu-batu yang sangat sayang untuk dilewati, mulai dari Batu Kuoun, Batu Madu, Batu Serapong, dan Batu Kasah itu sendiri, masing-masing punya hikayat untuk melengkapi culturaldiversity situs ini.
6. Pulau Akar (Bunguran Selatan)
Terus melanjutkan perjalanan ke arah selatan, maka kita akan sampai ke Desa Cemaga, ibukota Kecamatan Bunguran Selatan. Kita membutuhkan waktu 15 menit dari situs Batu Kasah ke situs Pulau Akar ini. Pulau Akar merupakan tumpukan bebatuan berukuran sedang yang bertumpuk tak jauh dari pinggir pantai Cemaga. Tumpukan bebatuan itu menjadi sebuah pulau kecil nan imut yang menghiasi pemandangan alam pantai Cemaga. Oleh pemerintah dibuatkan jembatan dan pelabuhan agar kita bisa dengan mudah untuk menuju kesana dengan berjalan kaki. Ikan-ikan kecil, kepiting, udang dan binatang laut lain juga seakan siap menemani jalan singkat kita di pelabuhan menuju pulau ini. Pulau kecil seluas 50 meter persegi ini ditumbuhi oleh pepohonan yang jika dilihat dari jauh seperti serabut, itu yang mendasari masyarakat menamainya dengan Pulau Akar. Dari jauh pula terlihat pohon kelapa yang tumbuh tinggi menjulang ditengah-tengah pulau, sehingga kami kadang menyebutnya bikini bottom–nya Natuna (pulau diserial kartun Spongebob).
7. Pulau Setanau (Pulau Tiga)
Setelah dari Pulau Akar, perjalanan kita lanjutkan menuju Pulau Setanau. Pulau Setanau terletak di kecamatan Pulau Tiga, akses untuk menuju kesana adalah melewati pelabuhan Selat Lampa. Dari situs Pulau Akar, kita membutuh waktu 45 – 60 menit berkendara untuk sampai ke daerah Lampa. Baru kemudian kita menyewa perahu mesin dan menyebrang menuju Pulau Setanau. Perahu mesin (orang Ranai menyebutnya mutur), merupakan transportasi utama bagi masyarakat Pulau Tiga, juga digunakan untuk mencari ikan. Pulau Setanau merupakan pulau kecil dari yang berada di tengah-tengah Selat Lampa, ini situs geopark Natuna yang terindah menurut saya. Pasir putih dengan laut biru merupakan pemandangan utama situs ini. Di sekitar Pulau Setanau juga bisa dijadikan tempat diving bagi kamu kamu yang suka dengan kegiatan yang memacu adrenalin ini. Di seberang pulau Setanau berdiri kokoh tebing raksasa yang siap memecah ombak, kami menyebutnya Setekul, pemecah ombak yang “bertugas” di wilayah selatan pulau Bunguran. Dan ini merupakan ujung selatan dari situs Geopark Natuna.
8. Gunung Ranai (Bunguran Timur)
Saya sengaja menaruh Gunung Ranai didaftar-daftar akhir. Gunung Ranai merupakan gunung tertinggi di Kabupaten Natuna. terletak di Kecamatan Bunguran Timur, Gunung ini memiliki tiga cabang di puncaknya yang terdiri dari batuan granit besar. Menikmati geosite gunung Ranai kita bisa berjalan dari pos pertama melewati jalur pendakian. Jangan lupa singgah ke air terjun untuk sekedar istirahat sebentar sambil membasuh muka, merasakan segarnya mata air Natuna, air yang sejak dulu kala menjadi pilihan para pelaut untuk dijadikan bekal melanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan kita dikelilingi oleh vegetasi khas dataran tinggi, ada juga pohon belian yang bisa tumbuh hingga berdiamter 5 meter lebih. Hati-hati dengan lintah jika kita mendaki saat musim hujan, kita juga bisa menemukan kepiting kecil berwarna merah, ulat kaki seribu berukuran besar, dan beragam fauna lain untuk melengkapi biodiversity situs ini.
🙁 Wahhh, banyak juga ya bang tempat yang menarik untuk dikunjungi di Natuna
🙂 iya makanya, kuy mulai berpetualang ke penjuru negeri ini, sebab negeri ini indah dan tiada duanya
🙁 Jangan sekarang juga kali bang ke sananya..
Referensi
Sumber : http://naldoleum.blogspot.com/2018/12/site-site-geopark-Natuna.html
Sumber Gambar : https://4.bp.blogspot.com/-AouT8yjEchQ/XAuT1b6NyOI/AAAAAAAARm4/wNNKqQ3k8conlNFTR1bskM8N8RXzB54DwCLcBGAs/s1600/Peta%2BSite%2BGeopark.jpg
Sumber Gambar : http://naldoleum.blogspot.com/2018/12/site-site-geopark-Natuna.html