Selama ini tentunya sudah banyak yang tahu tentang perubahan iklim. Dan tentunya sudah banyak yang mengerti bahwa Karbon (C) merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan iklim di bumi. Bahkan karbon akibat pemanfaatan bahan bakar fosil terutama pembakaran hidrokarbon menjadikan si “tertuduh”, biang penyebab perubahan iklim kali ini.
Namun para ahli geologi sudah lama mengetahui dan menduga adanya siklus perubahan karbon secara alamiah, bahkan diyakini terjadi sebelum ada aktifitas manusia.
🙁 “Looh Pakde, berarti bakar-bakar sampah ga apapa kan ?”
😀 “Hust, kalau kamu membakar itu paling tidak menyebabkan polusi. Pencemaran sekitarnya itu lebih menganggu dan itu mestinya bisa dicegah”
🙁 “Oh iya ya. Kalau yang alami memang dari sononya. Tapi yang dilakukan manusia ini tetap saja menganggu”.
Selama ratusan juta tahun, iklim Bumi tetap stabil, dengan beberapa pengecualian dramatis: Sekitar 80 juta tahun yang lalu, suhu bumi ini anjlok, bersamaan dengan menurunnya tingkat karbon dioksida di atmosfer. Bumi memulihkan diri kembali lagi ke zaman es saat ini 50 juta tahun yang lalu. Sekarang ahli geologi di MIT telah mengidentifikasi kemungkinan penyebab dari kedua zaman es, serta mekanisme alami untuk penyerapan karbon.
Pak Lik Amien Widodo, seorang ahli geologi di ITS, Surabaya, dibawah ini bercerita tentang hal ini.
Sebelum kedua periode zaman es tersebut ada aktivitas tumbukan lempeng tektonik besar-besaran terjadi di dekat ekuator. Kawasan zona tropis batuan mengalami pelapukan dengan intensitas tinggi dikarenakan seringnya hujan dan kondisi lingkungan lainnya. Pelapukan ini melibatkan reaksi kimia yang menyerap sejumlah besar karbon dioksida dari atmosfer. Penarikan dramatis karbon dioksida mendinginkan atmosfer, studi baru menunjukkan, dan mengatur planet ini untuk dua zaman es, 80 juta dan 50 juta tahun yang lalu.

Oliver Jagoutz, profesor ilmu Bumi, Atmosfer, dan Ilmu Planet (EAPS) di MIT : “Semua orang setuju bahwa pada rentang waktu geologis selama ratusan juta tahun, tektonik mengendalikan iklim, tetapi kami tidak tahu bagaimana menghubungkan ini,” katanya.
“Saya pikir kita adalah yang pertama yang benar-benar menghubungkan peristiwa tektonik skala besar dengan perubahan iklim.” Jagoutz dan rekan-rekannya, Profesor EAPS Leigh Royden, dan Francis Macdonald dari Universitas Harvard, telah mempublikasikan temuan mereka di Prosiding National Academy of Sciences.
Pada 80 juta tahun yang lalu, ketika Afrika terus bergerak ke utara, lempeng samudera terdorong lebih jauh ke atas dan melewati benua, memaparkan batu samudera ke atmosfer, sementara secara bersamaan mengakhiri gunung berapi. Kemudian, 50 juta tahun yang lalu, India bergabung dengan Eurasia dalam. Kedua tabrakan tersebut terjadi di Zona Konvergensi Intertropis (ITCZ), sebuah wilayah atmosfer di atas garis khatulistiwa, tempat angin bersatu untuk menghasilkan wilayah dengan suhu dan curah hujan yang tinggi. Tumbukan tektonik di wilayah tropis berperan dalam menarik sejumlah besar karbon dioksida turun dari atmosfer bersamaan dengan hujan. Berkurangnya CO2 di atmosfir memicu zaman es.
🙁 “Secara alami, perubahan kandungan karbon di bumi dan atmosfer memang terjadi tanpa unsur aktifitas manusia, ya Pakde”
Jenis batuan tertentu, jika terkena panas tinggi dan hujan lebat, mengalami reaksi kimia dan secara efektif menyerap karbon dioksida. Proses berubahnya batuan ini dikenal sebagai pelapukan. Batuan ini termasuk batu basal dan batuan “ultramafik“, yang sering ditemukan di lempeng samudera. Jika batuan ini terpapar ke atmosfer di wilayah tropis, mereka dapat bertindak sebagai penyerap karbon yang sangat efisien.
🙁 “Batuan kok namanya asik-asik itu apa sih ?”
😀 “Ya Thole, mafik, ultramafic, basaltik dan lainnya itu nama-nama batuan berdasarkan sifat asam basanya dan itu juga mempengaruhi kandungan karbon didalamnya”.
Tim berhipotesis bahwa dua tabrakan, yang melibatkan Afrika dan kemudian India, membawa batuan basaltik dan ultramafik dari lautan ke daratan, menciptakan penyerap karbon 80 dan 50 juta tahun yang lalu. Kedua tabrakan juga secara efektif mengembalikan sumber karbon kedalam mantel dan akan keluar lagi lewat aktivitas gunung berapi yang akan memancarkan karbon dioksida dan gas lainnya ke atmosfer.
🙁 “Kalau begitu mencairnya es di kutub serta pemanasan global tidak hanya disebabkan oleh ulah manusia ya ?”
😀 “Tetapi tetep saja kamu tidak boleh membakar sampah sembarangan, Thole !”
Sumber :
http://news.mit.edu/2016/ancient-tectonic-activity-was-trigger-for-ice-ages-0418