Gunung Anak Krakatau Kembali Seperti Tahun 1950-an

0

Setelah mengalami erupsi yang dimulai pada bulan Juni hingga Desember 2018, Gunung Anak Krakatau menunjukkan wajah mungilnya. Ya wajah saat baru lahirNYA Gunung Anak Krakatau lahir ke permukaan laut pada 15 Januari 1929.

Kelahiran Gunung Anak Krakatau dicatat oleh Badan Geologi (PVMBG) dalam sebuah buku memoar Krakatau.

Setelah melewati masa istirahat sejak letusan tahun 1883, fenomena erupsi kembali terlihat pada 29 Desember 1927 berupa erupsi bawah laut yang menyemburkan air laut menyerupai air mancur (Stehn, 1929 dalam Sutawidjaja, 2006). Titik erupsi berada pada koordinat 105º25’27” BT, 6º6’6″ LS dengan kedalaman sekitar 188 meter. Posisi tersebut satu garis dengan Kawah Danan dan Perbuwatan.

🙁 “Pakde, itu lahirnya pakai bidan apa pakai dokter ya ?”
😀 “Kalau ahli gunungapi yang jadi pencatat pertamanya ya Stehn itu, Thole”

Pada tanggal 3 Januari 1929 diketahui letusan dari 6 kawah yang membentuk garis dengan panjang sekitar 500 meter pada arah baratlaut – tenggara, hanya tinggal satu kawah aktif (Stehn, 1929). Gas yang disemburkan pada awal letusan teramati berasal dari 6 titik dimana semburan gas terbesar berasal dari titik yang berada di tengah.

Lahirnya G. Anak Krakatau ditandai dengan munculnya kerucut baru di atas permukaan air laut dan rangkaian erupsi bawah laut. Pratomo (2006) menyebutkan bahwa rangkaian erupsi
yang terjadi merupakan erupsi tipe “Surtsey” (Surtseyan).

Rejuvinasi Gunung Anak Krakatau

Erupsi GAK yang dimulai bulan Mei 2018 ini mengalami beberapa fase perubahan. Dimulai dari penghancuran dengan longsoran pada sisi-sisi barat daya. Pelongsoran ini dimulai pada tanggal 22 – 24 Desember 2018.

🙁 “Pakde, rejuvinasi itu apa ?”
😀 “Rejuvinasi itu peremajaan kembali, Thole”
🙁 “Oooh … Gunungapi mengandung anti aging donk, Pakde.”

Collapse dari dinding barat daya ini runtuh sebagian pada tanggal 22 Desember yang menimbulkan tsunami besar dan merusak. Runtuhnya sebagian ini tertangkap oleh satelit pada tanggal 23 Desember pagi yang hanya menunjukkan runtuhan sebagian kecil disisi sebelah barat daya.

Runtuhnya dinding ini berlangsung terus menerus hingga tinggal setengahnya. Namun runtuhnya dinding ini hanya sebagian demi sebagian sehingga tidak menimbulkan tsunami lagi.

Namun belakangan diketahui bahwa kemungkinan runtuhan ini tidak hanya diikuti erupsi kearah barat saja. Diketahui setelah adanya citra satelit pada bulan January yang memperlihatkan adanya kemungkinan “surge” atau lontaran material erupsi ke arah Pulau Panjang.

Pada tanggal 24 Desember kelihatan bahwa GAK hanya tinggal setengahnya saja. Saat itu erupsi masih terus berlangsung.

Sejak 22-24 terjadi longsoran terus menerus. Namun hanya longsoran yang terjadi pada tanggal 22 Desember saja yang menyebabkan tsunami kuat dan merusak hingga ke pantai-pantai Selat Sunda di Banten dan Lampung..

Kemudian setelah tanggal 24 Desember diikuti dengan pertumbuhan kembali sebagian GAK. Bentuk setengah lingkaran ini mulai berubah menjadi tapal kuda dan akhirnya tapal kuda inipun tertutup kembali.

Setelah mengalami longsoran hebat juga disertai dengan erupsi, maka yang sebelumnya memiliki ketinggian 340 meter, Gunung Anak Krakatau saat ini memiliki ketinggian hanya 110 meter dari muka air laut.

Dengan kondisi seperti sekarang memang diharapkan tidak ada ancaman lagi dalam waktu dekat. Namun monitor serta pengamatan tetap dilakukan karena pada prinsipnya, gunungapi itu merupakan aktifitas di dalam bumi. Bukan hanya pengamatan permukaan saja.

Bahkan diperlukan penelitian detil geolovulkanologi lanjutan untuk membuktikan dugaan-dugaan berdasarkan pengamatan morfologi saja selama ini.

🙁 “Jadi apa saja yang harus diamati dan diteliti lagi, Pakde ?”
😀 “Ya layaknya pengamatan gunung api yang lengkap itu mestinya juga ada Geokimia gunung, penelitian ejecta hasil erupsi. Harus dilakukan terus menerus, Thole”

 

Liked it? Take a second to support Dongeng Geologi on Patreon!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here