Membahas mengenai permasalahan air memang tidak akan ada habisnya, baik permasalah secara kualitas maupun kuantitasnya. Sebenarnya total ketersediaan air di Indonesia sebesar 690 milyar m3 / tahun jika dihitung – hitung masih mencukupi kebutuhan nasionalnya sebesar 175 milyar m3 / tahun. Namun sayang, 70 % cadangan airnya justru berada di kawasan Kalimantan dan Papua. Sedangkan di kawasan urban seperti Jawa dan sebagian sumatera justru mengalami defisit air. Alhasil, kebutuhan air ini kemudian dipenuhi dengan pengambilan air tanah yang semakin hari semakin membabi buta.
🙁 Memang apa salahnya bulek kalau air tanahnya diambil? Alam itu kan diciptakan salah satunya untuk memenuhi kebutuhan manusia
😊 Manusia itu kan diciptakan dengan akal thole, biar bisa mengukur setiap perbuatannya. Boleh saja, asal siap juga dengan dampak yang nantinya muncul.. alam kan punya aturannya sendiri.. Lihat saja kondisi lingkungan Jakarta sekarang ini..
Penurunan tanah
Pengambilan air tanah secara berlebihan ternyata memunculkan berbagai persoalan lingkungan. Jakarta misalnya, kota urban yang mengeksploitasi air tanah secara besar-besaran, kini harus menyelesaikan berbagai dampak lingkungan yang timbul karenanya. Ditjen SDA mengungkapkan bahwa penurunan tanah terjadi sebesar 5 – 12 cm / tahun. Selain karena beban bangunan, penyebab utama adalah karena adanya pengambilan air tanah secara berlebihan. Hilangnya air di sela-sela tanah pada lapisan akuifer ( lapisan yang dapat menampung dan dilalui oleh air) akan menghasilkan ruang kosong. Akibat beban tanah itu sendiri ditambah lagi bangunan yang berdiri di atasnya, ruang kosong akan terisi oleh material di atasnya, dengan kata lain tanah mengalami pemadatan. Dalam skala yang besar, peristiwa ini mengakibatkan adanya penurunan tanah / subsidens.
Gawatnya, selain merusak konstruksi bangunan diatasnya penurunan tanah juga menambah kerentanan wilayah terhadap bencana banjir, mengingat ketinggian Jakarta tidak lebih dari 8 meter dari permukaan air laut.
☹ Serem ya bulek, lha itu berpuluh tahun kemudian jakarta bisa di bawah muka air laut
Intrusi air laut
Selain penurunan tanah, beberapa penelitian mengungkapkan adanya kemungkinan terjadinya rembesan air laut di kawasan pesisir. Air tanah pada lapisan akuifer yang dipompa ke permukaan tergantikan oleh air laut. Air laut bergerak mendekat ke arah daratan. Pada tahun 2010, Prof Dr Otto SR Ongkosongo, peneliti utama Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, mengungkapkan bahwa intrusi air laut di pesisir Jakarta mencapai 3 km, bahkan pada air tanah dalam telah mencapai 10 km. Sifat air laut yang asin (salinitas tinggi) akan merusak/mengkorosi infrastruktur bangunan seperti fondasi, tiang pancang, dsb.
Namun, tidak serta merta air asin yang masuk ke sumur di kawasan pesisir disebabkan oleh intrusi air laut. Perlu diingat keterdapatan air formasi / brine water yang terpendam pada batuan juga mengandung mineral dan garam yang membuat rasanya asin. Bisa jadi, asinnya air karena garam dan mineral pada batuan yang ikut terlarut saat proses pemompaan air tanah.
☹ Berarti minum air mineral yang sebenar – benarnya air ‘mineral’ ya bulek
Kontaminasi Arsenik
Eksploitasi air tanah yang berlebihan ternyata tidak hanya menimbulkan permasalah fisik tapi juga memicu kontaminasi kimia. Ryan Smith, peniliti dari stanford University, Juni lalu merilis penelitiannya mengenai peningkatan konsentrasi Arsenik pada air akibat pemompaan air tanah yang berlebihan. Arsenik berasal dari lapisan lempung yang berada di bawah tanah. Lempung memiliki daya ikat yang tinggi terhadap unsur arsen. Arsenik yang memiliki mobilitas yang tinggi akan dengan mudah bergerak dan mengontaminasi air yang dipompa ke permukaan.
🙁 kalau Arsen nggak sengaja kita konsumsi, terus gimana tho bulek?
😊 Kalau dalam konsentrasi yang tinggi arsen dapat menyebabkan kematian, seperti kasus kejahatan pembunuhan Munir itu lho, yang makanannya dikasih Arsenik. Kalau terkonsumsi secara kontinu dan terakumulasi dalam tubuh Arsenik juga bisa mengakibatkan kanker.
🙁 Haduh.. terus gimana dong solusinya bulek?
😊 Thole, beberapa tahun terakhir ini pemerintah Jakarta sedang menyusun manajemen pembatasan eksploitasi air tanah. Harapannya, jika semua peraturan ini dapat terimplementasi dampak lingkungan baik secara fisik ataupun kontaminasi arsen akan berkurang.