Kecelakaan pengeboran sumur karena munculnya semburan gas sudah sering kita dengar. Yang barusaja terjadi di Aceh bahkan menelan korban hingga 18 orang. Konon sumur ini dibor secara illegal. Terlepas dari illegalnya pengeboran sumur ini, namun dari tinjauan keselamtan, semburan sumur dapat terjadi pada pengeboran air tanah.
Gas Metana Yang Terjebak.

Semburan seperti ini seringkali disebabkan oleh terperangkapnya gas metana atau gas rawa pada jebakan-jebakan batupasir yang terperangkap secara lokal. Terbentuk dan terperangkapnya gas ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Dalam kasus di Aceh yang menelan korban itu memang sumur dibor untuk tujuan mencari minyak, namun tidak menggunakan kaidah yang benar.
🙁 “Lah wong namanya saja illegal, ya mana mau mengikuti kaidah keselamatan, Pakde”
😀 “Nah ini, juga untuk sumur air juga bisa terjadi, Thole”
Secara skematis diatas digambarkan bagaimana pada tahap awal, ada tubuh air yang berupa rawa ataupun danau kecil yang disekitarnya terdapat tumbuhan-yumbuhan yang bila dedaunan ini membusuk akan menghasilkan gas rawa. Gas biogenik ini merupakan hasil aktifitas organisme.
Diatas lapisan endapan rawa yang menjadi sumber bahan untuk membentuk gas rawa ini dapat tertutup oleh endapan sungai yang dapat berupa gosong-gosong pasir yang ukurannya terbatas dan dilingkupi oleh endapan lempung halus yang kedap air dan kedap udara.Volume gas rawa yang terperangkap ini memang seringkali tidak terlampau banyak, secara volumetrik kecil untuk menghasilkan gas yang ekonomis ditambang. Namun cukup besar dan sangat menganggu bila menyembur nantinya.
Pengeboran sumur yang dangkalpun bila menembus lapisan pasir yang mengandung gas ini dapat terdorong terpental karena tingginya tekanan gas.
Bagaimana mengantisipasinya ?
Setiap melakukan kegiatan pengeboran harus memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Diantaranya perlu melakukan :

🙁 “Wah Pakdhe jangan jangan yang menemukan lokasi sumur di Aceh itu itu memang ahli eksplorasi, ya?”.
– Perhatikan apakah daerah ini bekas rawa atau bukan. Ahli geologi dan ahli hidrologi semestinya mengetahui kemungkinan-kemungkinan ini.
– Pada saat melakukan pengeboran, perlu berhati-hati ketika menembus lapisan yang sangat kedap, lempung halus yang sangat keras. Batuan lempung halus yang sangat keras dan kedap ini sangat mungkin merupakan tudung atau penutup endapan pasir dibawahnya yang bertekanan.
– Pengeboran tidak boleh terburu-buru harus dilihat batuan-batuan yang ditembus untuk mengantisipasi lapisan tudung penutup gas ini.
Khususnya untuk daerah yang memang diketahui dulunya rawa, maka gas rawa ini sangat mungkin terdapat didaerah sekitarnya. Gambar dibawa ini menunjukkan Peta lokasi Jawa Tengah. Kota Pati dan sekitarnya dahulu merupakan sebuah selat yang memisahkan Pulau Jawa dan Gunung Muria. Ada yang menyebutkannya sebagai Selat Muria. Tentusaja selat ini lama-kelamaan tertutup endapan dan sebelumnya akan berupa rawa-rawa sebelum endapan yang berasal dari gunung Muria meutupnya.
Oleh sebab itu penduduk didaerah Pati dan sekitarnya perlu berhati-hati bila membuat sumur pemboran. Walaupun hanya untuk mencari air.
Demikian juga daerah-daerah yang sebelumnya merupakan lapangan-lapangan migas yang sudah ditinggalkan, harus dilihat dan diantisipasi serta dikaji. Apabila ada penduduk yang ingin melakukan pengeboran air, harus dilihat kedalaman yang akan dibor. Semakin dalam, semakin tinggi kemungkinan mendapatkan gas bertekanan yang dapat menyemburkan gasnya.