Waspadai, Sinabung berevolusi

0

Senin (19/2/2018) pagi, masyarakat Kabupaten Karo kembali dikejutkan oleh letusan dahsyat G. Sinabung.  Letusan kali ini merupakan letusan terbesar semenjak letusan tahun 2013 lalu. Beruntung, rentetan erupsi yang kerap terjadi sebelumnya membuat masyarakat selalu siaga, sehingga dahsyatnya letusan tidak menelan korban jiwa.

Sleeping Beauty

Sinabung tak hentinya memberikan kejutan. Bak Putri Aurora dalam kisah Sleeping Beauty, erupsi 8 tahun silam menjadi pertanda bangunnya sang putri setelah tidur 400 tahun lamanya. Nadi kembali berdenyut, bulu mata lentiknya mulai mengerjap, bahkan kini ia ingin melompat sesuka hati, bahagia setelah sekian lama menahan diri, menyimpan kerinduan pada sang pangeran.

🙁 Bulek kok malah jadi ngedongengin Sleeping Beauty, cerita Sinabungnya gimana?

🙂 Lhaiya, mirip-mirip thole.  Sinabung sedang melepaskan energinya yang selama ini terakumulasi.  Agresif dan unpredictable, seperti anak remaja yang merasa terlahir kembali, kadang njlimet dan sulit dipahami apa maunya.

 

Letusan pertama G.Sinabung pada tahun 2010 terjadi karena infiltrasi air yang terpanaskan oleh uap magmatik yang biasa diistilahkan dengan letusan freatik. Pembentukan kubah lava paska letusan freatik menjadi kabar gembira, pasalnya pembentukan lava menjadi salah satu indikator menurunnya eksplosifitas gunungapi, menuju fase efusif.  Namun tak disangka, pada tahun 2013 G. Sinabung mengalami erupsi yang terbesar dalam sejarahnya. Peran magma ternyata menambah kedahsyatan letusan freatomagmatik yang dihasilkan. Setelah berangsur menurun pada tahun-tahun berikutnya, sembari beberapa kali mengalami letusan kecil akibat guguran lava, akhir tahun 2017 letusan eksplosif kembali terjadi dan disusul letusan yang lebih dahsyat pada awal tahun ini. Rekaman letusan ini menjadi mozaik bagi para saintis dan vulkanolog Indonesia bahkan untuk memprediksi sifat letusannya di masa mendatang.

Sinabung menjadi perhatian dunia

 

Sinabung kini menjadi salah satu gunungapi teraktif di Indonesia bahkan dunia. Kemunculannya yang tidak disangka setelah dormansi ratusan tahun lamanya menjadikan aktivitas Sinabung terus dipantau oleh berbagai lembaga volkanologi internasional. Menurut VAAC (Volcanic Ash Advisory Centre) yang berlokasi di Darwin, kolom letusan senin lalu mencapai FL550 atau setara dengan ketinggian 16.500 mdpl. Tngginya kolom tersebut menjadi alarm bahaya bagi dunia penerbanganan.  Tidak hanya itu, suara (infrasonik) letusannya bahkan terdeteksi hingga sejauh 6.100 km (Cocos Island, Diego Garcia dan Djibouti).

🙁 Walah jauh banget.. tapi Infrasound itu kan suara yang dihasilkan jauh dibawah jangkauan kita ya, lha terus bulek tau dari mana?

🙂  Bulek dapet info dari temen – temen kita ini, tholE

🙂  Binatang besar seperti gajah, paus, kuda nil dan badak, juga binatang kecil seperti burung merpati, ikan, sotong, gurita dan cumi, semuanya dapat mendengar infrasound.

 

 

Letusan Plinian

Letusan Eksplosif G. Sinabung pada 19 Februari 2018 membentuk awan wilson (awan membentuk cincin)

Indonesia memiliki beberapa gunungapi dengan letusan dahsyat yang tercatat dalam sejarah dunia, diantaranya letusan Tambora (1815) dan Krakatau (1883).  Jauh sebelum itu, 700.000 juta tahun yang lalu, letusan yang menghasilkan sempalan Danau Toba hampir berhasil memusnahkan peradaban manusia di dunia dan hanya menyisakan 10% dari seluruh populasinya. Kini, letusan plinian kembali hadir di Indonesia. Pada tahun 2014, letusan plinian terjadi di G.Kelud, ditandai dengan begitu besarnya tekanan pada kantung magma sebelum terjadinya erupsi serta penyebaran abu vulkanik yang masif yang teramati oleh citra satelit. Karakterisik yang sama, kini kembali muncul pada letusan G.Sinabung senin lalu.

🙁 Lhaa gimana cara ngukur tekanannya tho bulik? Wong berdiri di kaki gunungnya pas meletus saja pasti udah tekanan batin..

🙂 Walah ya kalau nggak bisa diukur pakai alat, besarnya tekanan bisa diindikasikan dari kemunculan awan wilson.. Itu lho awan yang melingkar seperti cincin yang sering terbentuk setelah ledakan bom atom, thole..

Dahsyatnya Ledakan

Kemunculan awan wilson juga tampak pada letusan G.Sinabung. Berdasarkan hukum fisika, Wilson mencoba menjelaskan sebuah fenomena terjadinya pendinginan / kondensasi pada udara yang lembab setelah dikenai tekanan yang sangat besar. Saat letusan terjadi,  gaya akan mendorong udara menyebar keluar ke segala arah. Peristiwa tersebut menghasilkan shock wave yang memberikan tekanan pada udara sehingga paska terjadinya letusan tekanan udara akan menurun drastis. Penurunan tekanan ini mengakibatkan penurunan suhu sehingga terbentuklah kondensat awan yang kemudian disebut sebagai awan wilson. Mekanisme tekanan yang muncul pada gunungapi sama halnya dengan yang terjadi pada ledakan bom atom, bahkan pada beberapa letusan kekuatan gunungapi ratusan kali lipat lebih besar dibandingkan ledakan bom atom.

Bentukan kawah sebelum (atas) dan sesudah (bawah) letusan Sinabung pada 19 Februari 2018

Selain terbentuknya awan wilson, dahsyatnya letusan beberapa hari lalu juga mengakibatkan sempalnya kubah lava pada kawah G. Sinabung. Penampakan ini di dokumentasikan oleh Paklek Ma’rufin Sudibyo yang menampilkan perubahan bentukan kawah sebelum dan paska letusan terjadi.

Awan Debu

Kuatnya letusan G. Sinabung ternyata mampu menghamburkan debu vulkanik hingga menyebar ke stratosfer dan berhembus sesuai arah angin. Pada siang hari paska letusan, melalui satelit himawari 8 terdeteksi masifnya penyebaran awan debu G. Sinabung. Awan debu berarah ke Barat Laut – Utara sesuai dengan angin lokal yang terbentuk.

Kenampakan awan debu beberapa jam setelah terjadinya erupsi yang direkam oleh satelit himawari 8, debu berarah ke arah Barat Daya – Tenggara

🙁 “Looh, Bulik.  Jadinya letusan Sinabung ini apa bener sudah bisa disebut tipe letusan Plinian ?”

🙂 “Ya itulah Thole. Perlu diteliti lebih lanjut. Ini hanya beberapa parameter yg bisa diamati hingga saat ini. Nanti ketika ada data baru akan diketahui info lebih jauh. Yang terpenting kini, kita terus meningkatkan kewaspadaan terhadap agresifnya G. Sinabung, Dengan letusan ini, kemudian kita semakin memahami karakter G. Sinabung lantas dapat hidup berdampingan dengannya.

Liked it? Take a second to support Dongeng Geologi on Patreon!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here