Bersiaplah beradaptasi dengan perubahan cepat .
Dalam tahun 2016 kemarin kita melihat banyak kejadian-kejadian perubahan yang merupakan kejadian singkat, cepat, dan berubah-ubah. Tidak ada isu yang bertahan lebih dari dua bulan. Rata-rata isu nasional habis hanya dalam waktu satu-dua pekan saja. Jarang yang mampu bertahan lebih dari satu bulan.

Mungkin akhir bulan lalu kita mendapat info turunnya pendapatan Taksi meter hingga milyaran rupiah dalam waktu singkat gara-gara Uber dan Grab. Perubahan yang belum diantisipasi para pengusaha taksi meter. Dan walaupun sempat ribut di medsoc mungkin bentar lagi kita lupa dengan pilot mabok grebek-grebek dan kembali naik pesawat lagi, sambil makan sari roti lagi.
Beberapa bulan lalu, kita belum berhenti dengan Pokemon yg sampai menggelitik bidang HANKAM, eh sudah diganti dengan Mukidi. Dan dalam waktu cepat kita sudah lupa “Oom Telolet oom” dua pekan lalu.
Disisi lain menggalang perhelatan 212 yang mengumpulkan perhatian jutaan orang juga dapat dilakukan kurang dari 3 pekan saja. Namun gaungnya seakan senyap begitu ganti bulan. Bahkan jaket bomber serta payung biru sudah bukan barang yang laris dijual. Kalau anda sekedar mengikuti trend jualan saja, maaf anda sudah terlewat.
Perubahan begitu cepat.
🙁 Lah iya Pakde, sekarang lagi ada yang sibuk mencobra mengawasi hoax di medsos, paling bulan depan juga ga ada kisahnya lagi”
Bagaimana dengan industri migas Indonesia ?
🙁 “Pakde lantas apa tantangan migas dalam jangka panjang ?”😀 “Coba saja lihat perkembangan Mobil Tesla”

Tantangan bencana bukan hanya dipicu hidro-meteoric

Banjir di Garut yang melanda perkotaan, kalau dirunut terlihat adanya perubahan rona pemanfaatan lahan hutan. Namun kalau ditengok perkembangan jumlah penduduknya maka sangat jelas terlihat bahwa bukan sekedar keserakahan merambah hutan. Tapi memang kebutuhan lahan akibat jumlah penduduknya meningkat sangat tajam. Seolah tak terhindarkan bagi petani dan pekebun yang memang membutuhkan lahan petanian dan perkebunan.

Kejadian banjir di tempat lain sangat mungkin memang karena kebutuhan lahan, Banjir di Bandung dan Bima mungkin kalau dirunut dengan melihat pekembangan jumlah penduduknya maka akan memperlihatkan perubahan akibat kebutuhan yang tak terhindarkan.
🙁 “Pakde, gimana adaptasinya kalau emang butuh lahan ?”😀 “Gunakan tehnologi pertanian lahan bertingkat seperti hidroponik yang dilakukan budhe, dan hidup di rumah susun Thole. Itu baru namanya adaptasi”
Bagus banget review nya Pak.
Dengan kecepatan seperti itu, apakah bisa diimbangi dengan kecepatan pendapatan ya?