Sangat membanggakan bahwa UGM mampu memetakan posisi Indonesia didunia, seolah memetakan dirinya sendirinya dengan baik.
“KONSENTRASIKAN PADA KELEBIHANMU !”
Ketika berbicara bekal, sudah semestinya UGM mengajak berpikir positip, berkonsentrasi pada kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki pesaing (nagara lain), sebagai bagian dari “Competitiveness Advantages“ supaya mampu mengejar ketertinggalan. Bukan ditunjukkan FAKTA apadanya saja yang justru menurunkan peran dan makna dari kelebihan yang dimiliki. Peringkat diatas 20 besar !
Kalau diminta presentasi maka semestinya mengatakan terlebih dahulu, bahwa diantara 50 negara di dunia Indonesia memiliki kelebihan pada :
- Peringkat ke 7 dalam Bisnis dan Kewirausahaan
- Peringkat ke 20 Peringkat Kemandirian
- Peringkat ke 19 PDB dan Pertumbuhan Ekonomi
- Peringkat ke 13 dalam Beban Pajak
- Peringkat ke 14 pada Ketidak bergantungan terhadap barang impor
Kritik untuk penyusun buku.
UGM membuat buku rangkuman ini dengan baik. Buku tentang ranking 50 negara yang dipilih ini sudah pasti akan terus berubah, dinamis, dan harus diperbaharui secara berkala. Isinya menarik dan memang tidak salah kesimpulannya tetapi TIDAK SESUAI DENGAN JUDUL BUKU !
Kalau memang ingin melihat fakta ini sebagai BEKAL, sesuai judul laporannya “Seberapa Jauh Indonesia Memiliki Bekal untuk Mengejar Negara-Negara Maju” maka semestinya dalam rangkumannya memberikan SISI-SISI positip sebagai BEKAL. Menurut hemat saya buku ini harusnya dalam excecutive summary maupun kesimpulannya tidak hanya menunjukkan fakta rata-rata no 44 diantara 50 negara.
🙁 “Pripun to Pakdhe ?”
🙂 ” Lah yo iki thole, Mosok UGM kok milih fakta negatif dalam kesimpulan dan ringkasannya. Ga sesuai judul bukune”
Memang akan sedikit menantang ketika kita akan “mengundang” investor asing yang dibenaknya sudah terpatri menggunakan cara pandang “barat” dalam melihat satu negara dengan negara lain.
indonesia bukan negara maju tapi negara hebat