
Mungkin ada beberapa rekan yang tidak mengenal hari jadi Pertambangan dan Energi ini. Kisahnya menyangkut Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang juga sebagai “Pahlawan Geologi Indonesia”, Lasut yang dibunuh oleh sekelompok pasukan Belanda di Sekip (sekarang Kampus UGM).
Dibawah ini Sejarah Singkat Hari Jadi Pertambangan dan Energi yang diambil dari Tambangnews.com dan juga tulisan Awang HS di mailist IAGI-net beberapa tahun lalu.
Penetapan Hari Jadi Pertambangan dan Energi didasarkan pada peristiwa yang memiliki bobot sejarah yang tinggi dalam lingkup perjuangan bangsa secara nasional. Pada tanggal 28 September 1945, Pegawai pribumi di kantor Chisitsu Chosasho (Jawatan Geologi) yang sebagian besar masih muda, mengambilalih dengan paksa Chisitsu Chosasho serta mengubah nama menjadi Poesat Djawatan Tambang dan Geologi. Hal ini mencerminkan tekad para pemuda dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 mengantarkan perubahan yang sangat besar di segala bidang, termasuk bidang pertambangan. Setelah disiarkan lewat radio, berita proklamasi ditangkap secara luas oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Pegawai pribumi di kantor Chisitsu Chosasho (Jawatan Geologi) yang sebagian besar masih muda, menangkap berita itu dan mereka langsung mempersiapkan diri untuk mengambil langkah yang diperlukan.
🙁 “Pakde, perjuangan pahlawan ini harus terus dilanjutkan, ya ?”
😀 ” Janganlah kita menyerahkan sumberdaya alam, pertambangan, dan energi serta yang lain. SDA harus benar-benar dikuasai negara dan dimanfaatkan demi memakmurkan bangsa bangsa Indonesia ini, Thole”
Pada tanggal 25 September 1945 dikeluarkan pengumuman dari Pemerintah Pusat yang menyatakan bahwa semua pegawai negeri adalah pegawai Republik Indonesia dan wajib menjalankan perintah dari Pemerintah Republik Indonesia. Dengan mengacu kepada perintah Pemerintah Pusat itu, Komite Nasional Indonesia Kota Bandung yang baru terbentuk, pada tanggal 27 September 1945 malam mengumumkan lewat radio agar keesokan harinya semua kantor dan perusahaan yang ada di Bandung diambil alih dari kekuasaan Jepang.

Pada hari Jumat pukul 11.00 tanggal 28 September 1945, sekelompok pegawai muda di kantor Chisitsu Chosasho (Jawatan Geologi) pun bertindak; mereka dipelopori oleh Raden Ali Tirtosoewirjo, Bapak A.F. Lasut, Bapak R. Soenoe Soemosoesastro dan Bapak Sjamsoe M. Bahroem yang mengambil alih dengan paksa kantor Chisitsu Chosasho dari pihak Jepang, dan sejak saat itu nama kantor diubah menjadi Poesat Djawatan Tambang dan Geologi.
Bapak A.F. Lasut sebagai orang muda memiliki sifat tegas, menolak bekerja sama dengan Belanda. Pada waktu Yogyakarta diduduki pasukan Belanda itulah Bapak A.F. Lasut pada pagi hari tanggal 7 Mei 1949 diculik oleh segerombolan pasukan Belanda dari Tijger Brigade dari kediamannya di Pugeran, dibawa dengan jip ke arah Kaliurang, dan kemudian dibunuh di daerah Sekip, yang sekarang masuk lingkungan Kampus Universitas Gadjah Mada.
Kalau sekarang kita main ke perpustakaan PSG (Pusat Survei geologi) dan masih dapat mempelajari laporan2 berbahasa Belanda pada tahun-tahun sebelum 1945 (misalnya dari Harloff, Hetzel, Duyjes, van Es, van Bemmelen, Umbgrove, Molengraaf, Koolhoven, dll.) itu adalah berkat usaha A.F. Lasut dan kawan-kawan. Bila tidak disandera dan dilarikan, diyakini laporan2 asli Belanda itu kini semuanya ada di Belanda seperti nasib arsip-arsip yang lain.
Atas jasa-jasanya, Bapak A.F. Lasut kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 012/TK/Tahun 1969 tanggal 20 Mei 1969. Dengan ditetapkannya Bapak A.F. Lasut sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, maka memperkuat landasan bahwa pengambilalihan kantor Chisits Chosasho (Jawatan Geologi) pada tanggal 28 September 1945 merupakan peristiwa heroik yang penting bagi sektor pertambangan dan energi.
Pada tanggal 28 September 1945, juga terjadi pengambilalihan kantor Jawa Denki Koza (Perusahaan Listrik Jawa) secara paksa oleh para pemuda. Selanjutnya, pada tanggal 27 September 2008 Pemerintah menerbitkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 tentang Hari Jadi Pertambangan dan Energi adalah tanggal 28 September.
(sumber Tambangnews.com dan IAGI-net)
“Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari”
ternyata ada pahlawan geologi juga ya. aku baru tau.
GPS Tracker
Reblogged this on Jurnal Simbangando.