Ada pertanyaan menggelitik :
On Wed, Nov 5, 2008 at 12:29 PM, Agah Nugraha wrote:
Dari debat makalah dari kedua kubu dengan argumen-argumen teknis-nya, saya jadi punya pertanyaan sederhana dan mungkin pertanyaan awam, begini:
Seandainya tidak ada pemboran BJP-1, apakah mud volcano di Sidoarjo akan keluar dua hari setelah gempa Joga? Kalau jawabannya ‘Ya’ berarti para ahli kebumian harus berpikir keras lagi untuk memetakan daerah mana saja yang rawan bencana mud volcano ini.
Wah itu pertanyaan wartawan yang perlu ditanyakan ke dukun …. setahuku itu bukan pertanyaan yang ditujukan pada saintist.
Sepertinya “science” tidak (pernah) mampu menjawab pertanyaan “seandainya”. Terutama dalam sebuah kejadian atau fenomena yang bersifat kausal. Science lebih berpicara fakta masa lalu, walaupun tujuannya bisa saja untuk meramal (prediksi), misal cuaca dll. tetapi menjawab pertanyaan “if-then” tidaklah mungkin. Mungkin perlu ‘time tunnel’.
Secara intuitif kita tahu. Penyebab kejadian sebenernya bisa dipisahkan menjadi dua “potensi” terjadi dan “pemicu” terjadi … Yang dipermasalahkan saat ini adalah “pemicu” bukan “potensi”.
Hukum, sains, dan politik
- Hukum akan lebih berpikir kearah pemicu utuk mencari penanggung jawab. Targetnya mencari “siapa“.
- Science (ilmiah) akan perpikir dengan kedua aspeknya sebagai bahan pembelajaran supaya tidak terjadi lagi dimasa depan ataupun proses mitigasi. Targetnya menjawab “bagaimana terjadinya“
- Politik akan berpikir lain lagi. Politik lebih berpikir tentang konsekuensi dari keputusannya. Targetnya mengerti terus “apa akibatnya“.
Jadi jangan dicampur2 bawur dulu. Malah mumeth.
🙁 “Pakdhe, kalau bisnis targetnya menjawab ‘siapa yang mbayar’, ya ?”
Pemetaan daerah rawan semburan lumpur ini, harus bisa menjawab dua hal utama.
Pertama, apakah atau dimana sajakah daerah yang rawan terjadi semburan alami seperti yang telah terjadi di tempat lain sebelumnya. Peta potensi bencana alam.
Yang kedua, Juga pemetaan daerah rawan bila dilakukan usikan (gangguan). Tidak harus diganggu dengan pengeboran tetapi juga diganggu dengan pembuatan konstruksi bangunan. Peta sensitifitas terhadap usikan (gangguan) manusia.
🙁 “Pakdhe, jadi gimana jawaban pertanyaan diatas itu ?. Kalau ngga dibor trus gimana ?”
😀 “Kata Mbah Glek Nyem Nyem katanya kalau ngga dibor maka ngga ada gempa jogja !”
Wah menarik sekali ini dongeng pak dhe seandainya tidak ada pemboran BJP-1 seharusnya juga tidak ada keputusan sebai berikut ;
-Kepala Divisi Eksplorasi BP Migas dengan surat
No.444/BPA1000/2004-S1 tanggal 1 September 2004 kepada LBI
menyetujui untuk pemboran Sumur BJP-1 sampai kedalaman akhir
10.000 kaki dengan objektif utama batu gamping formasi Kujung dan
objektif tambahan batu gamping
– Lalu tidak ada juga Perkiraan cadangan Gas Bila kedelapan sumur eksplorasi ini berhasil menghasilkan gas,
akan menambah cadangan gas untuk LBI sebesar kurang lebih 1,9 tcf
(trillion cubic feet).
-Lalu di Afrika Selatan sana AAPG gak usah repot-repot ambil suara tentang LUSI
– Lalu Tidak ada lagi tanggul-tanggul yang jadi objek studi n wisata geologi…..
– Dan Geologi tentu tidak akan lebih Booming gara-gara hal tersebut…. Yang pasti apapun itu ada atau tidak adanya LUSI itu sudah sebuah keputusan dari tuhan untuk mengingatkan kita bahwa hidupo itu hanya sekali dan manfaatkanlah, dan planet Bumi itu cuman satu maka jalah…………
Skilas info:
dosen saya slalu nyuruh kami push up bila mahasiswany bilang kata “mungkin” n “seandainy”. . .Jd skrng siapa yg mau push up dluan?
seandainya adam tidak menuruti hawa???
Jawaban pertanyaan itu akan saya balik, justru karena ada aktifitas pengeboran BJP-1 itulah maka mengakibatkan gempa Jogja. Soalnya logikanya dari IAGI ( versi pengurus resmi dan pihak Lapindo ) gempa tadi “merobek” hingga sesar wartukosek di Sidoarjo itu. Maka logika bolak balik ini juga saya pakai bila Lusi akibat Gempa Jogja, maka gempa Jogja tersebut karena akibat pengeboran BJP-1. Mudah bukan ? soalnya kedua titik tersebut secara logika IAGI juga berhubungan langsung yang tidak langsung….lho piye iki ??…Geologiiiii…terserah orang mau ngecap apa wong cuma interpretasi. Makanya geologi bukan engineering.Geologi nggak jauh-jauh dari ilmu dukun juga. Data2 bisa didustakan, keyakinan yang ditonjolkan. Hati nurani ? itu urusan Tuhan kelak di akhirat.
sebenarnya semua itu ada hikmahnya….
coba klo ga ada LUSI….
orang2 yang kerja di BPLS itu apa engga nganggur???
Enak juga tuh orang2 BPLS,,,,duitnya ngucur teruzzzzz
soalnya menurut KEpres…dana unt penanggulangan UNLIMITED….
kasian Indonesia…
Obama juga ga mungkin bantu…
AAPG….poor you…malu-maluin ajja..
Kami butuh orang yang bener2 peduli ama penanggulangan dan krban LUSI…
seandainya…?
yang lalu biar berlalu. yang penting gimana selanjutnya
yang terjadi : masih banyak pelancong ke Bali yang singgah/cari souvenir di Tanggulangin, dan tentu saja tidak ada voting para geologist di AAPG. Yang pasti tidak ada pertanyaan tersebut, he..he.
aduh lusi, seandainya tidak ada yang mengusikmu..
“Seandainya tidak ada pemboran BJP-1, apa yang terjadi ?”
==============================================
🙂 ROMEO Song : Yang terjadi, aku tidak mau MATI BERSAMAMU, LUSI.. 🙂
>>>> http://www.youtube.com/watch?v=sOu1xq8YhQk <<<<
“Seandainya tidak ada pemboran BJP-1, apa yang terjadi ?”
==============================================
🙂 Yang terjadi,tidak ada yang stress di Sidoarjo sampe Jakarta 🙂