Usaha minyak: Untung, tapi kok perlu subsidi ?

41

Perkembangan harga minyak bulan ini Tentunya anda sudah membaca tulisan Pak Kwik di Koran internet yang cukup bikin mumeth. Lah iya ta sakjane kita tidak rugi dengan industri perminyakan ini, lah kenapa ada subsidi ?

๐Ÿ™ “hiya Pakdhe, Industri perminyakan kan masih menguntungkan kok malah disubsidi pripun ta ?”

๐Ÿ˜€ “Itu mestine ya bisa dijelaskan sederhana juga, ta Le”

Ada beberapa pendapat pribadi yang saya coba juga sederhana untuk menanggapi tulisan Pak Kwik. Pendapat pribadi ini yang juga aku post di beberapa mailist lain .

Pak Kwik mengatakan bahwa sebenernya dalam usaha bisnis minyak bumi ini Indonesia (pemerintah) mendapatkan untungkarena rakyat tetap harus membeli BBM yang dipergunakan. Artinya ada income atau pendapatan pemerintah juga dari penjualan BBM ke rakyat. Lah hiya to wong kita ini beli BBM di pombensin juga, bukan gratis kaan ?. Bahkan pemerintah tidak membeli minyak yang dihasilkan dari sumur-sumur serta lapangan minyak yang ada saat ini.

Perhitungan dari Pak Kwik tidaklah keliru hanya representasinya saja yang bermasalah. Cara penyajian data-data ini yang sepertinya berbeda anatar Pak Kwik dengan metode penyampaian APBN. Sehingga mengatakan subsidi minyak atau subsidi BBM ini menjadi salah yang kaprah.

Ada sdikit yang kelupaan dari Pak Kwik

Tidak semua crude itu bisa dikonversi menjadi BBM. : Kata kawanku : 30-35 % bensin + 15-20 % solar + 5-10% Jet fuel dan sisanya bisa menjadi minyak tanah, residu, lilin dan aspal. Artinya dari satu barrel (159 liter) minyak mentah cuma dapat menghasilkan bensin 0.35 barrel saja (55 liter)

Walaupun bukan berarti sisanya tidak dapat dijuwal juga loo. Banyak kok yang “doyan” aspal ๐Ÿ™‚

Nah karena kita membelinya juga dalam bentuk BBM (refine product) tentusaja angka itu mesti dikoreksi. Aku ga tahu jumlahnya tapi pasti akan signifikan kalau bermain dengan angka jutaan liter !!!

Cara penyajian menentukan rasa !

Kemudian ada satulagi hasil ngobrol dengan kawan ekonom bahwa problemnya adalah sistem pelaporan dalam APBN. APBN dibuat sebagai laporan balance sheet, dimana “beli minyak” (baik crude yang masuk ke refinery di Indonesia maupun BBM-refined product) itu masuk dalam “belanja”. Lah masalahe tidak ada “balance sheet” khusus migas thok di APBN ini. Dan kalau dibuat ya mestine bener donk, usaha migas Indonesia selalu positip (untung), tentusaja Pak Kwik juga ngga salah. Tetapi presentasinya (penyajian datanya) memang berbeda caranya.

Karena presentasi atau penyajian APBN dalam balance sheet secara menyeluruh belanja dan pendapatan negara, tentusaja “pembelian” minyak diluar negeri masuk dalam kolom “belanja” (karena selain import kita juga export minyak). Makanya dengan harga minyak naik ya tentusaja kita jadi tekor juga di sisi belanja yang menjadi kebanyakan. Tentusaja balance sheet akan terganggu. APBN ini dibuat berdasarkan target peningkatan keekonomian atau “growth” tertentu. Mboh berapa target peningkatan keekonomian negara saat ini. Selain itu kalau APBN balance sheetnya dipisah, nanti akan terlihat bahwa banyak sektor-sektor lain yang justru selama ini disubsidi oleh “keuntungan” usaha minyak dan gas bumi. Contoh mudahnya, bp perparkiran. Setiap anggaran perparkiran di daerah ini sering (selalu) minus atau nombok, looh padahal ini semestinya sektor pendapatan, bukan pelayanan kan ? wong selama ini aku (rakyat) mesti mbayar kalau mau parkir jeh.

Subsidi pembangunan

Yang tepat memang barangkali bukan subsidi BBM dalam arti subsidi minyak thok thil !. Tapi sakjane kita (rakyat) mensubsidi pembangunan untuk menjaga keseimbangan “balance sheet” yang tercantum dalam APBN, karena sudah ada target-target pembangunan yang ditentukan serta disetujui Pemerintah dan DPR. Dalam bentuk Undang-undang itu looh. Nah sayangnya rakyat yang diminta membantu “menyeimbangkan” “balance sheet” ini

Disini juga, disana juga

Dan dampak kenaikan BBM “model” begini tidak melulu dirasakan Indonesia yang mengalami kesulitan dalam “balance sheet“nya. Malesa juga sedang sibuk dengan kenaikan harga dan juga bersiap mengkoreksi harga BBMnya. Kmaren Nyi Laras juga ngeluh minyak goreng naik dua kali karena issue biodieselnya Malesa mau menggunakan CPO ….. halllah bisa-bisa ayam goreng naik juga !!!

๐Ÿ˜› :”Ya wis makan mie rebus aja deh !”

Liked it? Take a second to support Dongeng Geologi on Patreon!

41 KOMENTAR

  1. Kalau saya……
    – punya gaji minimal 10 juta sebulan
    – punya rumah dan perabotan yang diberikan negara
    – punya mobil yang dibeli negara dan BBM nya dibayar negara juga
    – punya pembantu yang digaji negara
    – punya pakaian yang dibeli negara
    – punya pengawal yang digaji negara
    – punya ponsel yang dibiayai negara
    dan……
    – punya kuasa untuk menaikkan BBM

    Mengapa saya tidak menaikkan BBM sebulan tiga kali???????????

  2. Asswrwb,
    Dear All ,Saya pernah baca disalah satu Media Cetak ,sekitar 15 – 20 thn yg lalu,pendapat guru besar UGM bahwa hasil minyak dari salah satu perusahaan saja dr Dumai yaitu Caltex ,itu biaya pendidikan di Indonesia sampai perguruan tinggi gratis ,itu baru dari satu KPS saja ,bagaimana dgn sekarang jumlah KPS sudah “puluhan”,untuk KPS yg kegiatannya di Off Shore apakah sdh maximal controlnya ,seandainya ada personil yg ditugaskan apakah paham bgmn cara mengitung muatan/cargonya karena yg angkut kapals2 super tanker .kita bisa lihat tetangga kita Brunai/Petronas sama rumpun melayu, wass

  3. klo ga salah pernah juga sih baca, tapi lupa di mana
    klo indonesia itu masih jadi anggota opec, otomatis produksi minyak kita pun dibatasi. Jadi bukan karena cadangan minyak kita yang berkurang –walau emang kenyataannya berkurang–. Nah, ada wacana untuk keluar dari OPEC, sehingga produksi minyak kita dapat ditingkatkan untuk memenuhi produksi dalam negeri.

    gimana pakde, mnurut analisa penjenengan gimana??

    –> Coba baca tulisan sebelumnya disini :
    http://rovicky.wordpress.com/2008/05/07/perlukah-indonesia-keluar-dari-opec/
    http://rovicky.wordpress.com/2008/05/23/peran-opec-dalam-mengendalikan-harga-minyak/
    Smoga sdikit menjawab rasa ingin tahu anda ๐Ÿ˜›

  4. Aku malah lebih suka dengan gaya bahasa seperti ini, santai tapi berbobot ga buat jlimet dan mumet.
    Aku seeh setuju-setuju aja BBM naik, karna mo naik ato ga tetep yang kaya tambah kaya yang miskin ga ada perubahan. Tapi biasanya orang itu kalo dalam keadaan kepepet akan lebih pintar, siapa tau dengan kenaikan BBM orang akan berfikir bagaimana mensiasati hidupnya dan mulai menghasilkan ide-ide kreatif.
    Pakdhe apa nanti ga saingan antara minya lokal dengan minyak produk impor, karna harganya hampir sama, betul ga seeh Dhe??

  5. menambah wawasan, ada keseimbangan berita antara apa yang disampaikan pa kwik dengan Anda hanya saja saya terganggu dengan bahasa tulisan anda yang campur sari alangkah baiknya bila sedikit formil

  6. Oalah, mas Iwan iki piye toh, urusan kebijakan minyak kok malah dihubungken dgn urusan pribadi dan ngurusi keluarga??? Jaka sembung naek ojek, ngga nyambung jek. Mbok ya kasih argumen yg ilmiah aja beres toh!!

  7. yang memprotes kebijakan pemerintah, belum tentu bisa juga ngurusin negara. Coba aja lihat, ngurusin diri sendiri dan keluarganya berhasil ga?
    Mengenai efek dari kebijakan ini buat SBY, ada macam-macam juga ya. Contohnya bisa saja dia jadi tidak populer sebagai calon, tapi bisa jadi orang lain pun jadi enggan untuk turun jadi calon hehehe

  8. BBM yang dihasilkan PT.Pertamina akan dijual dengan harga yang sama di SPBU Pertamina yang tersebar dari Sabang โ€“ Merauke dan dari Rote (pulau Roti) โ€“ Miangas (SULUT). Yaitu Biaya A + B + C = Rp 8.500,- (asumsi sekarang).

    Dengan kata lain bahwa harga jual ini hanya merupakan total komponen biaya, karena minyak mentah yang ada di perut bumi adalah milik rakyat/Pemerintah. (UUD 45). Jadi tidak dibeli.
    (Tulisan Johanis Mawuntu,SE.MM.)

    Ini yang sebenarnya jadi masalah, yaitu Cost Recovery (dari minyak mulai diambil sampai dari perut bumi Indonesia sampai diambil masyarakat di SPBU). Coba bandingkan Indonesia cost recovery nya dalam meproduksi minyak mencapai 9 dollar AS/ barel sementara Malaysia cuma 3,7 dollar AA/barel atau di North Sea yang paling sulit pun juga hanya sekitar 3 dollar AS per barrel.

    kok diasumsikan Pertamina (A+B+C+D) menjadi Rp. 8.500/litter. Jika kita asumsikan dengan harga minyak sekarang Rp.4.500 saja maka dari penjualan udah dapat Rp 4.500 * 159 = Rp.715.000 atau 71,5 Dollar AS. Ok kita asumsikan minyak mentahnya tidak semuanya bisa jadi pertamax, premium dan solar tapi bisa juga jadi aspal dan lilin. Kita ambil asumsi minimalnya 50%. Kita masih dapat 35 US Dollar. Dengan cost recovery 9 Us Dollar/barel kita masih untung 26 Us Dollar.

    Jika dihubungkan dengan pembangunan. Barangkali asumsi penerapan APBN yang perlu dikaji ulang. bahwasanya pembangunan itu ada kaitannya dengan harga minyak, itu pasti. Akan tetapi tidak harus harga minyak dunia meroket lalu kita kelimpungan menyesuaikan harga sesuai dengan harga dunia itu yang perlu jadi pemikiran bersama.

    Saya kira yang perlu dilakukan adalah kita harus melakukan perbaikan manajemen pengolahan minyak dipertamina. harus dirasionalisasikan operasional pemanfaatan kekayaan alam indonesia itu. Mulai dari diambil sampai digunakan rakyat, harus semata-mata memikirkan kepentingan rakyat, bukan kepentingan pejabat pertamina, karyawan pertamina, koruptor, pengusaha, penguasa dan lain-lain.

    Berkacalah ke Rusia.

  9. Pak, memang 1 barrel minyak mentah tidak dapat menjadi 1 barrel bensin, tapi kan dalam hitungan konsumsi BBM negara, standar penghitungannya menggunakan barrel minyak mentah.

    Apabila bapak kemudian mengajukan analisis 1 barrel minyak mentah tidak sama dengan 1 barrel bensin, tentu tidak relevan perhitungannya. Karena perhitungan pemerintahkan dalam setahun adalah berapa total minyak mentah yang dikeluarkan ( yg kemudian dikonversi ke bensin, solar, dll ) dan bukan berapa banyak bensin, solar yang dikeluarkan.

    Ibaratnya mau bangun satu rumah, kita pakai hitungan, 1 rumah butuh 200jt untuk dibangun ( standar hitungan duit ), tapi kemudian ada yg bilang ga bisa itu dihitung gitu, karena kan 1 rupiah itu ga bisa dapet 1 batu bata.

  10. Cerita subsidi BBM dari dari ex peg.Pertamina, begini:
    Minyak mentah (crude oil) yang ada dalam bumi di Indonesia ada macam-macam jenis dan juga cara explorasinya, artinya dikeluarkan dari dalam tanah dengan cara memanfaatkan tenaga gas yang punya tekanan terkandung padanya sehingga cairannya muncrat keluar atau bagi yang tidak mengandung gas bertekanan terpaksa dikeluarkan dari dalam bumi menggunakan pompa.
    Biaya yang terkandung: Biaya pencarian dan pengangkutan ke Kilang (A)

    Minyak mentah (crude oil) tersebut di atas dialirkan atau diangkut ke Pabrik/Kilang (refinery) kemudian dimasak dan diolah menjadi terpisah yang salah satunya bensin (Premium, Pertamax dan lain-lain) yang oleh khalayak ramai disebut BBM (Bahan Bakar Minyak).
    Biaya yang terkandung: Biaya pengolahan (B).

    BBM yang sudah selesai pengolahannya di Kilang kemudian di sadurkan ke masyarakat dengan transportasi melalui Darat, Laut, Sungai. Kilang Minyak besar terdapat di Plaju/ S.Gerong, Dumai, Balikpapan, Cilacap dan Balongan.
    Biaya yang terkandung: Biaya transportasi (C).

    Keterangan: Karena harga jual BBM disetiap SPBU diseluruh Nusantara harus sama, maka biaya transportasi menjadi sangat variable antara satu daerah dengan daerah lainnya (komponen biayanya dibuat rata).

    Jadi harga BBM = Biaya A + B + C = Biaya pokok (tidak ada profit, karena Perusahaan milik Negara (Pertamina).

    BBM yang dihasilkan PT.Pertamina akan dijual dengan harga yang sama di SPBU Pertamina yang tersebar dari Sabang โ€“ Merauke dan dari Rote (pulau Roti) โ€“ Miangas (SULUT). Yaitu Biaya A + B + C = Rp 8.500,- (asumsi sekarang).

    Dengan kata lain bahwa harga jual ini hanya merupakan total komponen biaya, karena minyak mentah yang ada di perut bumi adalah milik rakyat/Pemerintah. (UUD 45). Jadi tidak dibeli.

    Harga BBM yang sejenis mengacu ke harga pasaran dunia = A + B + C + D.
    Komponen D adalah selisih biaya pokok dengan acuan Pertamina yang diambil dari harga rata-rata dunia. Dalam ha ini dapat dikatakan D adalah profit.

    Pertamina menghitung kenaikan biaya produksi yang dijadikan patokan harga minyak sesuai pergolakan harga ekonomis yang berlaku di pasar dunia, sedangkan Pemerintah mengatur harga minyak disesuaikan dengan kondisi rakyat yang diangap masih belum mampu. (teristimewa ketika kita mengalami boom minyak pada 20-30 tahun lalu).
    Walaupun biaya Produksi BBM sudah merangkak naik tapi Pemerintah tetap mengatur harga pada Rp 4.500,- Sehingga Pemerintah menanggung rugi Rp 4.000,- ini dinamakan: SUBSIDI.

    Sewaktu kita mengambil alih pengelolaan minyak ini dari perusahaan asing, kita mengalami produksi jauh melebihi kebutuhan sehingga kelebihan bisa kita export dan hasilnya bisa menutupi APBN bahkan lebih. Sehingga kenaikan harga minyak dunia karena adanya kartel OPEC Negara kita menjadi sangat kaya dan disegani Dunia.
    Harga di pasaran dunia naik dan Pertamina ingin menjual sesuai dengan komponen biaya yang terpapar diatas. Tetapi Pemerintah menentukan harga sesuai kondisi politik di masa itu, sehingga ada perbedaan dan perbedaan itu menjadi tanggungan Pemerintah. Dengan kata lain pemerintah berkorban mensubsidi rakyat nya karena lagi booming. Mumpung uang lagi banyak.

    Seiring dengan berjalannya waktu terjadi mishandling karena kondisi politik dan kondisi masyarakat dan pressure dari orang-orang yang tidak tepat duduk diposisinya, terdeteksi melalui forcasting teknik bahwa kalau tidak ada perubahan mengarah kepersatuan yang lebih baik dan mengurangi permusuhan-permusuhan dengan dunia luar maka pada tahun 2000 negara kita akan menjadi โ€œNET IMPORTERโ€

    Indonesia tidak seperti 20an tahun lalu yang dengan bangga menjadi exporter minyak mentah, sekarang telah menjadi NET IMPORTER. Artinya kalau misalnya pemakaian Dalam Negeri 1,2 juta yang dapat kita hasilkan hanya 1 juta , sehingga Indonesia harus mengimpor 0,2 juta.

    Kenapa disebut Negara NET IMPORTER, karena kita masih melaksanakan export crude oil yang bermutu tinggi dengan harga tinggi dan mengimport yang bermutu rendah yang harganya murah, namun totalnya banyakan import, ini dilaksanakan untuk mendapatkan profit.

    Dengan kenaikan harga minyak dunia yang diluar perkiraan logis orang, jika subsidi terus dipertahankan maka masyarakat termasuk saya masih bisa beli bensin murah, kita senang tapi generasi penerus kita akan menikmati akibatnya.

    Akibat dari subsidi Pemerintah akan membuat APBN terkuras sehingga program pendidikan yang murah tidak akan tercapai dan mungkin akan mengakibatkan ada generasi yang hilang (lost generation). Para orang terdidik (educated people) tahu benar apa itu APBN. Contoh : yang diimport 0.2 juta bbl dengan harga USD 120/bbl setelah menjadi bensin pemerintah jual Rp 4.500,-/ltr (1 bbl = 159 ltrs). Produksi kita 1 juta bbl yang harusnya berharga (A+B+C+D) dijual Rp 4.500,-

    Catatan kaki:
    Produksi minyak mentah masih bisa ditingkatkan karena kandungannya di bumi Indonesia masih banyak, asalkan kita mau bersatu dan tidak bermusuhan dengan orang asing yang menguasai teknologi penggarapan peningkatan produksi, disamping itu kita jangan bertengkar sendiri yang saling menjatuhkan.

    Contoh perbandingan:
    Air Minum dalam kemasan yang biaya produksinya ringan dan hanya di distribusikan di areal tertentu toh harganya sudah mencapai Rp 2.000,- sedangkan BBM yang biaya produksinya tinggi karena berkandungan kategori berbahaya hanya dihargai Rp 4.500,- dan daerah sebarannya yang sangat luas sekali. Bayangkan jika menghadapi fenomena,
    bagi daerah di sekitar Kilang minyak biaya angkutnya ringan tapi daerah yang jauh di bagian Indonesia Timur kadang-kadang biaya angkutnya sudah >Rp 4.500,-

    Salam persahabatan,

    Johanis Mawuntu,SE.MM.
    Pensiunan Pertamina, tinggal di Jakarta

  11. walahh walahh kalo gitu. masyarakat harus di beri pengertian tentang kondisi negara dan segala permasalahannya…… jadi gak terkesan pemerintahnya yang otoriter…….zaman dulu kita masih denger pidato kenegaraan ( walaupun bikin betheeee) malahan sampai di buat tugas sekolah segala…. jadi setidaknya kita ngerasa bernegara……kalo sekarang kaya main-main jadi semua pengennya menang…. JAYALAH INDONESIAKU…. BANGKIT BANGSAKU……MERDEKA (eh kan udeh merdeka,tapi koq gak terasa y) yo wiss lah

  12. yup tul banget maybe pemerintah mesti sekolah lagi untuk belajar ngitung supaya g salah hitung punya minyak banyak harusnya bikin rakyat makmur kok malah bilang kita akan krisis. trus mesti bumbata juga di lingkungan pemerintahan siapa yang bisa dipercaya. waspada ‘agent berkeley’ so pasti itungannya untung bagi yang ngelahirin agent2 ini. kagak usah percaya lagi deh ama itung2an mereka yang jelas bikin sengsara.

  13. rakyat yang mesti mengongkosi gaya hidup pemerintah dan wakil rakyat nampaknya. seharusnya harus ada angka windfall profit dari kenaikan minyak jd gak mesti semua nombok. matur nuwun pencerahannya pakdhe

  14. Hmmm…
    Percuma wakil rakyat dan pemerintah digaji gede2, tapi belum bisa memperjuangkan kemerdekaan finansial rakyat. Sebagian rakyat ada yg busung lapar, ga punya duit buat berobat, tanahnya digusur buat pengusaha serakah, tokonya di pasar tradisional kalah saing ama toko di pasar modern, dsb… dsb.
    Sementara wakil rakyat dan pemerintah asyik mengendarai mobil mewahnya, dan bukan bis jemputan. Asyik ngurusi pacarnya, calon isteri, dsb. Asyik make bensin gratis. Makan di restoran dengan menu mewah.
    Sakiiit hati saya… sakiiiit.

  15. YAhh… itulah klo manusia masih mengandalkan binatang dan tanaman mati sebagai sumber energi….

    jika ada mahluk selain manusia di alam semesta ini dan melancong ke bumi, pasti deh menyebut kita primitif bgt. soalnya mahluk yg dapat melakukan perjalan antariksa, pasti mahluk yg sumber energinya dari energi bintang, bukan energi tanaman mati dan binatang mati… primitif.. hehehehehe

  16. Dari dulu tetep rakyat yang sengsara…. merana… hiks…..

    Kapan majunya negara ini, padahal klo negaranya maju malah bisa lebih makmur dari sekarang pegawai pemerintahan…. ๐Ÿ™

  17. Ben wae… Disinilah kualitas kita diuji. Bagi yg bisa menyiasati kenaikan BBM dengan bijak, dialah yg bakal survive. Kita nggak bakalan mati, ora bakal kelaperan, tetep iso dolan2 numpak motor walau bensin jadi 6ribu. Nah, disini kreativitas kita, manajemen keuangan kita perlu diatur ulang. Yg tadinya memiliki pola hidup konsumtif dan hedonis, sepertinya perlu sedikit mengencangkan ikat pinggang, supaya bisa mengalokasikan duit u/ mencukupi kebutuhan BBM.
    Kita aja yg terlalu berlebihan, terlalu cemas, parno :mrgreen:

  18. Bangun, bangun hai para keminter !!!
    Buktinya kok 2005 kita dinaikkan harga minyaknya = dikurangin subsidinya
    kenyataan kemiskinan bertambah = Indonesia salah satu negara miskin
    Pilih mana Pemerintah makmur atau raklyat makmur?
    Kalo lo lo pade khan bisa nipu-nipu ilmu urusan minyak !!!!!
    ANTI CABUT SUBSIDI SELAMA ORANG PERTAMINA YANG TIKUS BELUM DIGANTUNG !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

  19. nambahin.. bagaimana dengan perhitungan yang disini mas?
    http://infoindonesia.wordpress.com/2008/05/12/download-file-presentasi-tak-ada-subsidi-bbm-gratis/

    ada tanggapan? .. meski sedikit banyak udah disingung sama mas tadi (tentang bbl)

    –> Seperti yang ditulis diatas bahwa permasalahannya bukan karena subsidi BBM karena “rugi” dalam industri minyak, tetapi pendapatan berkurang karena “belanja” minyak. Perbedaan representasi atau penjajian ini yang merancukan. Kita mungkin saja untung dalam industri perminyakan di Indonesia dan perhitungan hanya mleset dikit karena tidak semua minyak BBM dapat diperoleh semua crude. Lihat fraksi Fuel dalam satu barel minyak yang hanya 30-40% saja. Juga mestine ada bagian utk kontraktor.

    Perkataan subsidi ini karena “perhitungan” atau karena perkiraan dengan harga diluar supaya tidak ada discrepancy atau selisih harga secara regional yang memancing “penyelundupan” atau pencurian minyak yg sudah disubsidi ke luar negeri. Kalau “subsidi” ini dihapus paling tidak kebocoran (pencurian) dapat dikurangi.

    Silahkan baca juga tentang peliknya arus BBM yg berhubungan dengan hal ini juga

  20. Iya nih… aq merasa yang diuntungkan disini Pemerintah dan antek-anteknya… yang sengsara malah Rakyat…

  21. yang jadi masalah. pemerintah ndak mau jujur…….
    kesannya menutup-nutupi masalah ini dhe….

    –> Mungkin saja ada yang tidak jujur. Tetapi metode penyampaian APBN dengan cara begini ini sudah dilakukan sejak jaman ORBA. Lah dulu kok ya pada ngga tahu atau sejak dulu sudah berjamaah menipu bersama-sama. Padahal pejabatnya banyak juga yang sudah berganti. Presidennya sudah ganti berkali-kali juga …. Aku bukan orangnya SBY, tapi harus jujur juga bahwa masalah ini bukan hanya salah si SBY doank. Kalau ingin memperbaiki, kita harus bersama-sama orang-orang yang jujur. Bukan anti pemerintah tetapi harus anti koruptor … ntah siapa dia, pejabat kah, rakyatkah, DPRkah … yang jelas siapa saja yang tidak mau jujur …
    GIMANA ?
    ๐Ÿ˜›

  22. Terima kasih pak dhe penjelasan tentang subsidi bbm vs balance sheet yang ngegabung ama yang laen. Udah jelas bahwa berapapun pemerintah ngejual bbm kepada rakyat pasti untung, wong ngambilnya ke perut bumi gak beli ke siapa2. Kalau mau fair BBM cukup dijual sebesar ongkos produksi sampai ke tangan konsumen. (itu baru pemerintah telah menjalankan UUD45 bahwa hasil bumi adalah untuk mensejahterakan rakyatnya). Masalahnya barangkali pemerintah yang ada sekarang kurang kreatif untuk mencari terobosan menyeimbangkan balance sheet untuk pembangunan, diperparah untuk menutupi anggaran yang di korup -:) Mau tanya pak dhe kapan ya kita dapat pemimpin yang cerdas dan visioner. Kalo diamat2i pemerintah kita kok kayak pedagang (?). Mau tanya lagi pak dhe ini agak politis, apakah memang benar dengan melepaskan subsidi (ini kan akal2an pemerintah saja (padahal apa yang disubsidi pemerintah dalam hal BBM untuk rakyatnya) adalah permintaan pihak asing … tentang apa itu ‘LOI’ yang pernah ditanda tangani didepan IMF dulu yang disebut2 pengamat dengan konsensus Washington… istilah apa lagi ini pak dhe?

  23. wehhh kalo gak naik APBN bakal jebol, kalo naik ndas ngelu pisan..kok ruwet ngene..cuma kok dari dulu gak diantisisapi ya pak Dhe..kalo punya visi jauh kedepan kan kemungkinan ini sudah dipikirkan dari dulu. Opo mek gawe njagani ae…soale wis bingung membawa negeri ini kemana..ngelu aku pak Dhe…wis tak golek astrobleme ae..(??? gak nyambung)

  24. yang jadi pertanyaan apa kita gak bisa refine sendiri pak dhe? jadi kita kan gak perlu jual crude oil, tapi kita olah sendiri. Apa pemikiran saya salah ya? maklum awam

    –> Kita (Indonesia) bisa refine sendiri, tetapi refinery yang ada di Indonesia itu hanya 6 (2 miliknya Pertamina) yang lain bukan milik pertamina walaupun “dioperasikan” oleh pertamina. Sayangnya kapasitas refinery itu tidak cukup memenuhi. Bangun refinery lagi ? Mungkin saja bisa. Tetapi Balongan itu biayanya tuinggi sekali, mungkin karena markup juga sehingga sulit membangun fasilitas fisik refinery disini (mungkin) karena terlalu banyak corrupt. ๐Ÿ™

  25. Sebenarnya harga bensin berapa sih pakDhe? Kalo tanpa subsidi gitu…

    Katanya pom bensin cap kerang (shell) jual 6.000-an ya…ada subsidinya ndak itu?

  26. โ€Ya wis makan mie rebus aja deh !โ€

    Wahh… simplifikasi perut rakyat ini namanya ๐Ÿ˜†

    Bagaimana kalo kita minta perjanjian hitam di atas putih semua orang di parlemen dan kabinet dinner, lunch, dan apalah istilahnya jamuan kenegaraan itu, disuguhi indomie seduh macam kami-kami di daerah sini? Apa mereka mau?

    ๐Ÿ˜†

    Wah, kalo setiap pemimpin mengalihkan masalah ke pemimpin berikutnya, maka baiknya kita kampanyekan saja utk tidak ikut pemilu. Untuk apa? Lha pemilu cuma candu 5 tahunan kok :mrgreen:

  27. Kalo SBY mau menuliskan nama harum, maka sebaiknya tidak usah mengurangi subsidi harga BBM. Akan tetapi, pemilu mendatang jangan nyalon lagi karena kalo terpilih bakalan susah sendiri ^_^

    Biarin aja tuh presiden yad yang (notabene) sekarang koarยฒ menentang kenaikan harga BBM kelimpungan nyusun APBN.

    Tapi kalo menurut saya kok sama saja antara harga BBM naik atau nggak naik… yaitu rakyat tetep samaยฒ susah. Subsidi BBM yang dialihkan untuk BLT pun rasanya tetep akan dikorupsi / nggak tepat sasaran. Kalo harga minyak naik (seperti sekarang) dan subsidi BBM masih tinggi, lamaยฒ APBN juga bakal jebol… dan, lagiยฒ rakyat yang kena imbasnya.

    So……..??????????

    –> Banyak alasan supaya energi ini tidak dijual semurah-murahnya, yaitu dijual sesuai harga pasaran LN untuk menghindari “penyelundupan” minyak (BBM) keluar negeri. Orang-orang “pinter” maksudte pinter nyolong, selalu menggunakan disparitas atau selisih harga untuk melakukan “bisnis”nya. Kalau ada satu yang disubsidi satunya tidak maka kalau ada yang “menyelundupkan”, maksudte NYOLONG. akan merugikan yang memberikan subsidi
    Indonesia ini diakui saja tidak memiliki kemampuan mencegah hal-hal begini (maksudte mencegah maling2 ini). Sehingga mengurangi disparitas atau selisih harga akan sedikit banyak menutup “kebocoran” atau kemalingan minyak ini.
    Ini sakjane berlaku untuk segala macam komoditi

  28. Pak RDP, angka konsumsi minyak kita yang katanya 1,2 juta bph itu, bensin saja, atau semua minyak? Kalau memang 1,2 juta itu bensin saja, berarti pak kwik kurang teliti ya. yang berarti Indonesia berada dalam kerugian yang cukup besar..

  29. Setahu saya sih, ini setahu saya, kebutuhan minyak kita melebihi dari produksinya “mentahnya”… Peningkatan kebutuhan tidak diikuti dengan peningkata produksi. Itu yang bikin kita tekor.

    Minyak itu bukan hanya barang dagangan ekonomi mas, tapi juga barang dagangan politik. Liat aja para aktor politik dari Amien Rais sampai Ketua DPR lagi narik simpati rakyat koar koar menentang kenaikan Harga dengan “beringas”.

    Untuk masa depan ekonomi negara dalam 5-10 tahun kedepan atau bahkan cuma 2-5 tahun kedepan, saya mendukung kenaikan harga.

    Hanya saja masa depan ekonomi vs masa depan politik plus gejolak sosial plus popularitas pemerintah. Mana yang akan menang. Saya tidak tahu.

    Yang pasti semakin dekat pemilu semakin banyak omong tuh Tokoh Politis: Gak Mega, Gak Amien, dan hanya sebagian tokoh politik yang memilih diam.

    Saya masih salut sama SBY kok. Jika Beliau berhasil menaikkan BBM (yang tentunya akan sangat meringankan beban pemerintahan mendatang – Siapapun Presidennya tahun 2009) dan bisa meredam gejolak sosial ekonomi dalam jangka pendek, saya kasih penghargaan buat SBY. Dua jempol untuk keberanian beliau.

    Salam

  30. wahh berarti ga bisa seenak gitu dong pak dhe ya,1 barel crude tidak sama dengan 1 liter bensin yaa..
    thanks ilmu nya pak

    –> 1 bbl = 159 liter
    Barel itu sebuah wadah yang dahulu sering dipakai untuk mewadahi minuman, namanya saja barel. Trus ada kebutuhan juga untuk mengangkut minyak yang akhirnya diberi warna berbeda, supaya ngga salah minum. Warnanya biru. Sejak saat itu untuk minyak dikenal dengan sebutan BLUE BARREL atau disingkat bbl (dengan dua huruf b). Untuk minyak 1 BBL sekitar 159 liter, lengkapnya dibawah ini :
    # Oil barrel: 42 US gallons, 158.9873 litres,[1] or 34.9723 Imperial (UK) gallons.
    # UK beer barrel: 36 UK gallons (163.7 litres).
    # US beer barrel: 31 US gallons (117.3 litres), the result of tax law definitions.
    # US non-beer liquid barrel: 31ยฝ US gallons (119.2 litres), or half a hogshead.
    # US dry barrel: 105 dry quarts (115.6 litres).

  31. Saya rodo buta soal ilmu ekonomi, tapi saking penasarannya dgn tulisan Kwik itu, kemarin sempat googling cari2x info ttg data yg disampaikan di sana, misalnya tingkat produksi minyak kita, terus jumlah yg kita impor, dsb. (mbuh, baru iseng berat ^_^). Ternyata impor BBM kita memang besar sekali. Ini fakta2x yang kutemukan lewat googling:

    1. produksi minyak kita menurun (konon skrg cuma 800an ribu barrel per hari http://www.worldoil.com /INFOCENTER/STATISTICS_ DETAIL.ASP?STATFILE=_WORLDOILPRODUCTION (padahal menurut file sing di-forward Ajik, kl ga salah ditulis masih 1juta barrel perhari <– kurang mencerminkan keadaan terbaru sekarang)

    2. Produksi minyak kita sudah di bawah jumlah konsumsi.. jadi praktis ga ada ekspor lagi (di file yg di-forward ajik ada penjelasannya juga sakjane). Bahkan, krn Indonesia dianggap bukan pengekspor minyak bumi, kita (SBY) mempertimbangkan utk keluar dari OPEC… (http://www.forbes.com/markets/2008/05/06/indonesia- opec-membership-markets-equity-cx_vk_0506markets03. html)

    3. Untuk kebutuhan BBM Indonesia (premium dan diesel), ternyata jumlah yg kita impor sangat banyak! (premium = 64% impor, diesel = 88% impor)… sumber data thn 2005, entah data 2008 spt apa: http://www.iea.org/Textbase/stats/oildata.asp?COUNTRY _CODE=ID

    Nah kenapa smp perlu impor sebanyak itu, kenapa ga produksi sendiri (swasembada BBM), toh kita penghasil minyak yg cukup besar,, entahlah… mungkin pemerintah punya alasannya sendiri… ๐Ÿ™

    Kalau pendapat pribadi sih, setuju dgn usulan mengurangi subsidi BBM, tapi bisa gak ya TANPA menaikkan harga BBM untuk masyarakat? (entahlah, dg nyoba ‘swasembada’ BBM?)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here