Tentunya anda sudah membaca tulisan Pak Kwik di Koran internet yang cukup bikin mumeth. Lah iya ta sakjane kita tidak rugi dengan industri perminyakan ini, lah kenapa ada subsidi ?
๐ “hiya Pakdhe, Industri perminyakan kan masih menguntungkan kok malah disubsidi pripun ta ?”
๐ “Itu mestine ya bisa dijelaskan sederhana juga, ta Le”
Ada beberapa pendapat pribadi yang saya coba juga sederhana untuk menanggapi tulisan Pak Kwik. Pendapat pribadi ini yang juga aku post di beberapa mailist lain .
Pak Kwik mengatakan bahwa sebenernya dalam usaha bisnis minyak bumi ini Indonesia (pemerintah) mendapatkan untungkarena rakyat tetap harus membeli BBM yang dipergunakan. Artinya ada income atau pendapatan pemerintah juga dari penjualan BBM ke rakyat. Lah hiya to wong kita ini beli BBM di pombensin juga, bukan gratis kaan ?. Bahkan pemerintah tidak membeli minyak yang dihasilkan dari sumur-sumur serta lapangan minyak yang ada saat ini.
Perhitungan dari Pak Kwik tidaklah keliru hanya representasinya saja yang bermasalah. Cara penyajian data-data ini yang sepertinya berbeda anatar Pak Kwik dengan metode penyampaian APBN. Sehingga mengatakan subsidi minyak atau subsidi BBM ini menjadi salah yang kaprah.
Ada sdikit yang kelupaan dari Pak Kwik
Tidak semua crude itu bisa dikonversi menjadi BBM. : Kata kawanku : 30-35 % bensin + 15-20 % solar + 5-10% Jet fuel dan sisanya bisa menjadi minyak tanah, residu, lilin dan aspal. Artinya dari satu barrel (159 liter) minyak mentah cuma dapat menghasilkan bensin 0.35 barrel saja (55 liter)
Walaupun bukan berarti sisanya tidak dapat dijuwal juga loo. Banyak kok yang “doyan” aspal ๐
Nah karena kita membelinya juga dalam bentuk BBM (refine product) tentusaja angka itu mesti dikoreksi. Aku ga tahu jumlahnya tapi pasti akan signifikan kalau bermain dengan angka jutaan liter !!!
Cara penyajian menentukan rasa !
Kemudian ada satulagi hasil ngobrol dengan kawan ekonom bahwa problemnya adalah sistem pelaporan dalam APBN. APBN dibuat sebagai laporan balance sheet, dimana “beli minyak” (baik crude yang masuk ke refinery di Indonesia maupun BBM-refined product) itu masuk dalam “belanja”. Lah masalahe tidak ada “balance sheet” khusus migas thok di APBN ini. Dan kalau dibuat ya mestine bener donk, usaha migas Indonesia selalu positip (untung), tentusaja Pak Kwik juga ngga salah. Tetapi presentasinya (penyajian datanya) memang berbeda caranya.
Karena presentasi atau penyajian APBN dalam balance sheet secara menyeluruh belanja dan pendapatan negara, tentusaja “pembelian” minyak diluar negeri masuk dalam kolom “belanja” (karena selain import kita juga export minyak). Makanya dengan harga minyak naik ya tentusaja kita jadi tekor juga di sisi belanja yang menjadi kebanyakan. Tentusaja balance sheet akan terganggu. APBN ini dibuat berdasarkan target peningkatan keekonomian atau “growth” tertentu. Mboh berapa target peningkatan keekonomian negara saat ini. Selain itu kalau APBN balance sheetnya dipisah, nanti akan terlihat bahwa banyak sektor-sektor lain yang justru selama ini disubsidi oleh “keuntungan” usaha minyak dan gas bumi. Contoh mudahnya, bp perparkiran. Setiap anggaran perparkiran di daerah ini sering (selalu) minus atau nombok, looh padahal ini semestinya sektor pendapatan, bukan pelayanan kan ? wong selama ini aku (rakyat) mesti mbayar kalau mau parkir jeh.
Subsidi pembangunan
Yang tepat memang barangkali bukan subsidi BBM dalam arti subsidi minyak thok thil !. Tapi sakjane kita (rakyat) mensubsidi pembangunan untuk menjaga keseimbangan “balance sheet” yang tercantum dalam APBN, karena sudah ada target-target pembangunan yang ditentukan serta disetujui Pemerintah dan DPR. Dalam bentuk Undang-undang itu looh. Nah sayangnya rakyat yang diminta membantu “menyeimbangkan” “balance sheet” ini
Disini juga, disana juga
Dan dampak kenaikan BBM “model” begini tidak melulu dirasakan Indonesia yang mengalami kesulitan dalam “balance sheet“nya. Malesa juga sedang sibuk dengan kenaikan harga dan juga bersiap mengkoreksi harga BBMnya. Kmaren Nyi Laras juga ngeluh minyak goreng naik dua kali karena issue biodieselnya Malesa mau menggunakan CPO ….. halllah bisa-bisa ayam goreng naik juga !!!
๐ :”Ya wis makan mie rebus aja deh !”
di indonesia ini mana ada yang untung…… kalaupun untung paling juga dikorupsi… jadi kapan untungnya…….
[…] menyengsarakan rakyat Indonesia. Blogosphere diwarnai pro dan kontra. Bahkan beragam analisa dari seorang ahli geologi sampai hanya sekedar curhat. Ada juga yang benar-benar menyodorkan […]
Kalau saya……
– punya gaji minimal 10 juta sebulan
– punya rumah dan perabotan yang diberikan negara
– punya mobil yang dibeli negara dan BBM nya dibayar negara juga
– punya pembantu yang digaji negara
– punya pakaian yang dibeli negara
– punya pengawal yang digaji negara
– punya ponsel yang dibiayai negara
dan……
– punya kuasa untuk menaikkan BBM
Mengapa saya tidak menaikkan BBM sebulan tiga kali???????????
Asswrwb,
Dear All ,Saya pernah baca disalah satu Media Cetak ,sekitar 15 – 20 thn yg lalu,pendapat guru besar UGM bahwa hasil minyak dari salah satu perusahaan saja dr Dumai yaitu Caltex ,itu biaya pendidikan di Indonesia sampai perguruan tinggi gratis ,itu baru dari satu KPS saja ,bagaimana dgn sekarang jumlah KPS sudah “puluhan”,untuk KPS yg kegiatannya di Off Shore apakah sdh maximal controlnya ,seandainya ada personil yg ditugaskan apakah paham bgmn cara mengitung muatan/cargonya karena yg angkut kapals2 super tanker .kita bisa lihat tetangga kita Brunai/Petronas sama rumpun melayu, wass
Info berguna lagi. Sekali lagi ‘matur nuwun’ ya pak!
klo ga salah pernah juga sih baca, tapi lupa di mana
klo indonesia itu masih jadi anggota opec, otomatis produksi minyak kita pun dibatasi. Jadi bukan karena cadangan minyak kita yang berkurang –walau emang kenyataannya berkurang–. Nah, ada wacana untuk keluar dari OPEC, sehingga produksi minyak kita dapat ditingkatkan untuk memenuhi produksi dalam negeri.
gimana pakde, mnurut analisa penjenengan gimana??
Aku malah lebih suka dengan gaya bahasa seperti ini, santai tapi berbobot ga buat jlimet dan mumet.
Aku seeh setuju-setuju aja BBM naik, karna mo naik ato ga tetep yang kaya tambah kaya yang miskin ga ada perubahan. Tapi biasanya orang itu kalo dalam keadaan kepepet akan lebih pintar, siapa tau dengan kenaikan BBM orang akan berfikir bagaimana mensiasati hidupnya dan mulai menghasilkan ide-ide kreatif.
Pakdhe apa nanti ga saingan antara minya lokal dengan minyak produk impor, karna harganya hampir sama, betul ga seeh Dhe??
menambah wawasan, ada keseimbangan berita antara apa yang disampaikan pa kwik dengan Anda hanya saja saya terganggu dengan bahasa tulisan anda yang campur sari alangkah baiknya bila sedikit formil
Oalah, mas Iwan iki piye toh, urusan kebijakan minyak kok malah dihubungken dgn urusan pribadi dan ngurusi keluarga??? Jaka sembung naek ojek, ngga nyambung jek. Mbok ya kasih argumen yg ilmiah aja beres toh!!
yang memprotes kebijakan pemerintah, belum tentu bisa juga ngurusin negara. Coba aja lihat, ngurusin diri sendiri dan keluarganya berhasil ga?
Mengenai efek dari kebijakan ini buat SBY, ada macam-macam juga ya. Contohnya bisa saja dia jadi tidak populer sebagai calon, tapi bisa jadi orang lain pun jadi enggan untuk turun jadi calon hehehe
BBM yang dihasilkan PT.Pertamina akan dijual dengan harga yang sama di SPBU Pertamina yang tersebar dari Sabang โ Merauke dan dari Rote (pulau Roti) โ Miangas (SULUT). Yaitu Biaya A + B + C = Rp 8.500,- (asumsi sekarang).
Dengan kata lain bahwa harga jual ini hanya merupakan total komponen biaya, karena minyak mentah yang ada di perut bumi adalah milik rakyat/Pemerintah. (UUD 45). Jadi tidak dibeli.
(Tulisan Johanis Mawuntu,SE.MM.)
Ini yang sebenarnya jadi masalah, yaitu Cost Recovery (dari minyak mulai diambil sampai dari perut bumi Indonesia sampai diambil masyarakat di SPBU). Coba bandingkan Indonesia cost recovery nya dalam meproduksi minyak mencapai 9 dollar AS/ barel sementara Malaysia cuma 3,7 dollar AA/barel atau di North Sea yang paling sulit pun juga hanya sekitar 3 dollar AS per barrel.
kok diasumsikan Pertamina (A+B+C+D) menjadi Rp. 8.500/litter. Jika kita asumsikan dengan harga minyak sekarang Rp.4.500 saja maka dari penjualan udah dapat Rp 4.500 * 159 = Rp.715.000 atau 71,5 Dollar AS. Ok kita asumsikan minyak mentahnya tidak semuanya bisa jadi pertamax, premium dan solar tapi bisa juga jadi aspal dan lilin. Kita ambil asumsi minimalnya 50%. Kita masih dapat 35 US Dollar. Dengan cost recovery 9 Us Dollar/barel kita masih untung 26 Us Dollar.
Jika dihubungkan dengan pembangunan. Barangkali asumsi penerapan APBN yang perlu dikaji ulang. bahwasanya pembangunan itu ada kaitannya dengan harga minyak, itu pasti. Akan tetapi tidak harus harga minyak dunia meroket lalu kita kelimpungan menyesuaikan harga sesuai dengan harga dunia itu yang perlu jadi pemikiran bersama.
Saya kira yang perlu dilakukan adalah kita harus melakukan perbaikan manajemen pengolahan minyak dipertamina. harus dirasionalisasikan operasional pemanfaatan kekayaan alam indonesia itu. Mulai dari diambil sampai digunakan rakyat, harus semata-mata memikirkan kepentingan rakyat, bukan kepentingan pejabat pertamina, karyawan pertamina, koruptor, pengusaha, penguasa dan lain-lain.
Berkacalah ke Rusia.
Pak, memang 1 barrel minyak mentah tidak dapat menjadi 1 barrel bensin, tapi kan dalam hitungan konsumsi BBM negara, standar penghitungannya menggunakan barrel minyak mentah.
Apabila bapak kemudian mengajukan analisis 1 barrel minyak mentah tidak sama dengan 1 barrel bensin, tentu tidak relevan perhitungannya. Karena perhitungan pemerintahkan dalam setahun adalah berapa total minyak mentah yang dikeluarkan ( yg kemudian dikonversi ke bensin, solar, dll ) dan bukan berapa banyak bensin, solar yang dikeluarkan.
Ibaratnya mau bangun satu rumah, kita pakai hitungan, 1 rumah butuh 200jt untuk dibangun ( standar hitungan duit ), tapi kemudian ada yg bilang ga bisa itu dihitung gitu, karena kan 1 rupiah itu ga bisa dapet 1 batu bata.
Saya sangat menaruh respek sama SBY. dia berani menaruhkan reputasinya demi menurunkan subsidi BBM padahal pemilu sudah dekat.
Untuk kenaikan harga BBM saya sendiri setuju!
Cerita subsidi BBM dari dari ex peg.Pertamina, begini:
Minyak mentah (crude oil) yang ada dalam bumi di Indonesia ada macam-macam jenis dan juga cara explorasinya, artinya dikeluarkan dari dalam tanah dengan cara memanfaatkan tenaga gas yang punya tekanan terkandung padanya sehingga cairannya muncrat keluar atau bagi yang tidak mengandung gas bertekanan terpaksa dikeluarkan dari dalam bumi menggunakan pompa.
Biaya yang terkandung: Biaya pencarian dan pengangkutan ke Kilang (A)
Minyak mentah (crude oil) tersebut di atas dialirkan atau diangkut ke Pabrik/Kilang (refinery) kemudian dimasak dan diolah menjadi terpisah yang salah satunya bensin (Premium, Pertamax dan lain-lain) yang oleh khalayak ramai disebut BBM (Bahan Bakar Minyak).
Biaya yang terkandung: Biaya pengolahan (B).
BBM yang sudah selesai pengolahannya di Kilang kemudian di sadurkan ke masyarakat dengan transportasi melalui Darat, Laut, Sungai. Kilang Minyak besar terdapat di Plaju/ S.Gerong, Dumai, Balikpapan, Cilacap dan Balongan.
Biaya yang terkandung: Biaya transportasi (C).
Keterangan: Karena harga jual BBM disetiap SPBU diseluruh Nusantara harus sama, maka biaya transportasi menjadi sangat variable antara satu daerah dengan daerah lainnya (komponen biayanya dibuat rata).
Jadi harga BBM = Biaya A + B + C = Biaya pokok (tidak ada profit, karena Perusahaan milik Negara (Pertamina).
BBM yang dihasilkan PT.Pertamina akan dijual dengan harga yang sama di SPBU Pertamina yang tersebar dari Sabang โ Merauke dan dari Rote (pulau Roti) โ Miangas (SULUT). Yaitu Biaya A + B + C = Rp 8.500,- (asumsi sekarang).
Dengan kata lain bahwa harga jual ini hanya merupakan total komponen biaya, karena minyak mentah yang ada di perut bumi adalah milik rakyat/Pemerintah. (UUD 45). Jadi tidak dibeli.
Harga BBM yang sejenis mengacu ke harga pasaran dunia = A + B + C + D.
Komponen D adalah selisih biaya pokok dengan acuan Pertamina yang diambil dari harga rata-rata dunia. Dalam ha ini dapat dikatakan D adalah profit.
Pertamina menghitung kenaikan biaya produksi yang dijadikan patokan harga minyak sesuai pergolakan harga ekonomis yang berlaku di pasar dunia, sedangkan Pemerintah mengatur harga minyak disesuaikan dengan kondisi rakyat yang diangap masih belum mampu. (teristimewa ketika kita mengalami boom minyak pada 20-30 tahun lalu).
Walaupun biaya Produksi BBM sudah merangkak naik tapi Pemerintah tetap mengatur harga pada Rp 4.500,- Sehingga Pemerintah menanggung rugi Rp 4.000,- ini dinamakan: SUBSIDI.
Sewaktu kita mengambil alih pengelolaan minyak ini dari perusahaan asing, kita mengalami produksi jauh melebihi kebutuhan sehingga kelebihan bisa kita export dan hasilnya bisa menutupi APBN bahkan lebih. Sehingga kenaikan harga minyak dunia karena adanya kartel OPEC Negara kita menjadi sangat kaya dan disegani Dunia.
Harga di pasaran dunia naik dan Pertamina ingin menjual sesuai dengan komponen biaya yang terpapar diatas. Tetapi Pemerintah menentukan harga sesuai kondisi politik di masa itu, sehingga ada perbedaan dan perbedaan itu menjadi tanggungan Pemerintah. Dengan kata lain pemerintah berkorban mensubsidi rakyat nya karena lagi booming. Mumpung uang lagi banyak.
Seiring dengan berjalannya waktu terjadi mishandling karena kondisi politik dan kondisi masyarakat dan pressure dari orang-orang yang tidak tepat duduk diposisinya, terdeteksi melalui forcasting teknik bahwa kalau tidak ada perubahan mengarah kepersatuan yang lebih baik dan mengurangi permusuhan-permusuhan dengan dunia luar maka pada tahun 2000 negara kita akan menjadi โNET IMPORTERโ
Indonesia tidak seperti 20an tahun lalu yang dengan bangga menjadi exporter minyak mentah, sekarang telah menjadi NET IMPORTER. Artinya kalau misalnya pemakaian Dalam Negeri 1,2 juta yang dapat kita hasilkan hanya 1 juta , sehingga Indonesia harus mengimpor 0,2 juta.
Kenapa disebut Negara NET IMPORTER, karena kita masih melaksanakan export crude oil yang bermutu tinggi dengan harga tinggi dan mengimport yang bermutu rendah yang harganya murah, namun totalnya banyakan import, ini dilaksanakan untuk mendapatkan profit.
Dengan kenaikan harga minyak dunia yang diluar perkiraan logis orang, jika subsidi terus dipertahankan maka masyarakat termasuk saya masih bisa beli bensin murah, kita senang tapi generasi penerus kita akan menikmati akibatnya.
Akibat dari subsidi Pemerintah akan membuat APBN terkuras sehingga program pendidikan yang murah tidak akan tercapai dan mungkin akan mengakibatkan ada generasi yang hilang (lost generation). Para orang terdidik (educated people) tahu benar apa itu APBN. Contoh : yang diimport 0.2 juta bbl dengan harga USD 120/bbl setelah menjadi bensin pemerintah jual Rp 4.500,-/ltr (1 bbl = 159 ltrs). Produksi kita 1 juta bbl yang harusnya berharga (A+B+C+D) dijual Rp 4.500,-
Catatan kaki:
Produksi minyak mentah masih bisa ditingkatkan karena kandungannya di bumi Indonesia masih banyak, asalkan kita mau bersatu dan tidak bermusuhan dengan orang asing yang menguasai teknologi penggarapan peningkatan produksi, disamping itu kita jangan bertengkar sendiri yang saling menjatuhkan.
Contoh perbandingan:
Air Minum dalam kemasan yang biaya produksinya ringan dan hanya di distribusikan di areal tertentu toh harganya sudah mencapai Rp 2.000,- sedangkan BBM yang biaya produksinya tinggi karena berkandungan kategori berbahaya hanya dihargai Rp 4.500,- dan daerah sebarannya yang sangat luas sekali. Bayangkan jika menghadapi fenomena,
bagi daerah di sekitar Kilang minyak biaya angkutnya ringan tapi daerah yang jauh di bagian Indonesia Timur kadang-kadang biaya angkutnya sudah >Rp 4.500,-
Salam persahabatan,
Johanis Mawuntu,SE.MM.
Pensiunan Pertamina, tinggal di Jakarta
walahh walahh kalo gitu. masyarakat harus di beri pengertian tentang kondisi negara dan segala permasalahannya…… jadi gak terkesan pemerintahnya yang otoriter…….zaman dulu kita masih denger pidato kenegaraan ( walaupun bikin betheeee) malahan sampai di buat tugas sekolah segala…. jadi setidaknya kita ngerasa bernegara……kalo sekarang kaya main-main jadi semua pengennya menang…. JAYALAH INDONESIAKU…. BANGKIT BANGSAKU……MERDEKA (eh kan udeh merdeka,tapi koq gak terasa y) yo wiss lah
Nih yang salah siapa sih….kok pada ribut kenaikan BBM…..FAKTANYA…
KENAIKAN BBM BIKIN RAKYAT MAKIN MELARAT…..
NAH…ADA SUBSIDI NICH…
AKSES INTERNET GRETZZZZ….GRATIS…
http://www.tiphit.co.cc
yup tul banget maybe pemerintah mesti sekolah lagi untuk belajar ngitung supaya g salah hitung punya minyak banyak harusnya bikin rakyat makmur kok malah bilang kita akan krisis. trus mesti bumbata juga di lingkungan pemerintahan siapa yang bisa dipercaya. waspada ‘agent berkeley’ so pasti itungannya untung bagi yang ngelahirin agent2 ini. kagak usah percaya lagi deh ama itung2an mereka yang jelas bikin sengsara.
rakyat yang mesti mengongkosi gaya hidup pemerintah dan wakil rakyat nampaknya. seharusnya harus ada angka windfall profit dari kenaikan minyak jd gak mesti semua nombok. matur nuwun pencerahannya pakdhe
Hmmm…
Percuma wakil rakyat dan pemerintah digaji gede2, tapi belum bisa memperjuangkan kemerdekaan finansial rakyat. Sebagian rakyat ada yg busung lapar, ga punya duit buat berobat, tanahnya digusur buat pengusaha serakah, tokonya di pasar tradisional kalah saing ama toko di pasar modern, dsb… dsb.
Sementara wakil rakyat dan pemerintah asyik mengendarai mobil mewahnya, dan bukan bis jemputan. Asyik ngurusi pacarnya, calon isteri, dsb. Asyik make bensin gratis. Makan di restoran dengan menu mewah.
Sakiiit hati saya… sakiiiit.
pakdhe, saya mau laporan bahwa saya mengkopi dan mempaste tulisan pakdhe kemari:
http://blogari.multiply.com/journal/item/78/pakdhe_rovicky_usaha_minyak_untung_tapi_kok_perlu_subsidi_?
saya rasa ini counter..maap.. ini tulisan pelengkap yang bagus untuk mengisi apa yang kulupaan dalam analisis.
eh alasan ini sebenernya baru dapet setelah baca tulisan pakdhe, lha wong sebelumnya saya ngga tau kalo pak kwik ada yang kurang je..
matur nuwun, pakdhe
YAhh… itulah klo manusia masih mengandalkan binatang dan tanaman mati sebagai sumber energi….
jika ada mahluk selain manusia di alam semesta ini dan melancong ke bumi, pasti deh menyebut kita primitif bgt. soalnya mahluk yg dapat melakukan perjalan antariksa, pasti mahluk yg sumber energinya dari energi bintang, bukan energi tanaman mati dan binatang mati… primitif.. hehehehehe
Dari dulu tetep rakyat yang sengsara…. merana… hiks…..
Kapan majunya negara ini, padahal klo negaranya maju malah bisa lebih makmur dari sekarang pegawai pemerintahan…. ๐
AYO LAH LIAT SITUS: Axxyc.com
(Komunitas Indo, ga perlu register)
Ben wae… Disinilah kualitas kita diuji. Bagi yg bisa menyiasati kenaikan BBM dengan bijak, dialah yg bakal survive. Kita nggak bakalan mati, ora bakal kelaperan, tetep iso dolan2 numpak motor walau bensin jadi 6ribu. Nah, disini kreativitas kita, manajemen keuangan kita perlu diatur ulang. Yg tadinya memiliki pola hidup konsumtif dan hedonis, sepertinya perlu sedikit mengencangkan ikat pinggang, supaya bisa mengalokasikan duit u/ mencukupi kebutuhan BBM.
Kita aja yg terlalu berlebihan, terlalu cemas, parno
Bangun, bangun hai para keminter !!!
Buktinya kok 2005 kita dinaikkan harga minyaknya = dikurangin subsidinya
kenyataan kemiskinan bertambah = Indonesia salah satu negara miskin
Pilih mana Pemerintah makmur atau raklyat makmur?
Kalo lo lo pade khan bisa nipu-nipu ilmu urusan minyak !!!!!
ANTI CABUT SUBSIDI SELAMA ORANG PERTAMINA YANG TIKUS BELUM DIGANTUNG !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
nambahin.. bagaimana dengan perhitungan yang disini mas?
http://infoindonesia.wordpress.com/2008/05/12/download-file-presentasi-tak-ada-subsidi-bbm-gratis/
ada tanggapan? .. meski sedikit banyak udah disingung sama mas tadi (tentang bbl)
makasih mas.. ini yang aku cari-cari…
aku banyak ping ke link mas lho..
mantap
Iya nih… aq merasa yang diuntungkan disini Pemerintah dan antek-anteknya… yang sengsara malah Rakyat…
yang jadi masalah. pemerintah ndak mau jujur…….
kesannya menutup-nutupi masalah ini dhe….
Terima kasih pak dhe penjelasan tentang subsidi bbm vs balance sheet yang ngegabung ama yang laen. Udah jelas bahwa berapapun pemerintah ngejual bbm kepada rakyat pasti untung, wong ngambilnya ke perut bumi gak beli ke siapa2. Kalau mau fair BBM cukup dijual sebesar ongkos produksi sampai ke tangan konsumen. (itu baru pemerintah telah menjalankan UUD45 bahwa hasil bumi adalah untuk mensejahterakan rakyatnya). Masalahnya barangkali pemerintah yang ada sekarang kurang kreatif untuk mencari terobosan menyeimbangkan balance sheet untuk pembangunan, diperparah untuk menutupi anggaran yang di korup -:) Mau tanya pak dhe kapan ya kita dapat pemimpin yang cerdas dan visioner. Kalo diamat2i pemerintah kita kok kayak pedagang (?). Mau tanya lagi pak dhe ini agak politis, apakah memang benar dengan melepaskan subsidi (ini kan akal2an pemerintah saja (padahal apa yang disubsidi pemerintah dalam hal BBM untuk rakyatnya) adalah permintaan pihak asing … tentang apa itu ‘LOI’ yang pernah ditanda tangani didepan IMF dulu yang disebut2 pengamat dengan konsensus Washington… istilah apa lagi ini pak dhe?
Cara termudah memecahkan masalah: korbankan yg terlemah. hanya itu?
wehhh kalo gak naik APBN bakal jebol, kalo naik ndas ngelu pisan..kok ruwet ngene..cuma kok dari dulu gak diantisisapi ya pak Dhe..kalo punya visi jauh kedepan kan kemungkinan ini sudah dipikirkan dari dulu. Opo mek gawe njagani ae…soale wis bingung membawa negeri ini kemana..ngelu aku pak Dhe…wis tak golek astrobleme ae..(??? gak nyambung)
yang jadi pertanyaan apa kita gak bisa refine sendiri pak dhe? jadi kita kan gak perlu jual crude oil, tapi kita olah sendiri. Apa pemikiran saya salah ya? maklum awam
Sebenarnya harga bensin berapa sih pakDhe? Kalo tanpa subsidi gitu…
Katanya pom bensin cap kerang (shell) jual 6.000-an ya…ada subsidinya ndak itu?
Wahh… simplifikasi perut rakyat ini namanya ๐
Bagaimana kalo kita minta perjanjian hitam di atas putih semua orang di parlemen dan kabinet dinner, lunch, dan apalah istilahnya jamuan kenegaraan itu, disuguhi indomie seduh macam kami-kami di daerah sini? Apa mereka mau?
๐
Wah, kalo setiap pemimpin mengalihkan masalah ke pemimpin berikutnya, maka baiknya kita kampanyekan saja utk tidak ikut pemilu. Untuk apa? Lha pemilu cuma candu 5 tahunan kok
Kalo SBY mau menuliskan nama harum, maka sebaiknya tidak usah mengurangi subsidi harga BBM. Akan tetapi, pemilu mendatang jangan nyalon lagi karena kalo terpilih bakalan susah sendiri ^_^
Biarin aja tuh presiden yad yang (notabene) sekarang koarยฒ menentang kenaikan harga BBM kelimpungan nyusun APBN.
Tapi kalo menurut saya kok sama saja antara harga BBM naik atau nggak naik… yaitu rakyat tetep samaยฒ susah. Subsidi BBM yang dialihkan untuk BLT pun rasanya tetep akan dikorupsi / nggak tepat sasaran. Kalo harga minyak naik (seperti sekarang) dan subsidi BBM masih tinggi, lamaยฒ APBN juga bakal jebol… dan, lagiยฒ rakyat yang kena imbasnya.
So……..??????????
Pak RDP, angka konsumsi minyak kita yang katanya 1,2 juta bph itu, bensin saja, atau semua minyak? Kalau memang 1,2 juta itu bensin saja, berarti pak kwik kurang teliti ya. yang berarti Indonesia berada dalam kerugian yang cukup besar..
Setahu saya sih, ini setahu saya, kebutuhan minyak kita melebihi dari produksinya “mentahnya”… Peningkatan kebutuhan tidak diikuti dengan peningkata produksi. Itu yang bikin kita tekor.
Minyak itu bukan hanya barang dagangan ekonomi mas, tapi juga barang dagangan politik. Liat aja para aktor politik dari Amien Rais sampai Ketua DPR lagi narik simpati rakyat koar koar menentang kenaikan Harga dengan “beringas”.
Untuk masa depan ekonomi negara dalam 5-10 tahun kedepan atau bahkan cuma 2-5 tahun kedepan, saya mendukung kenaikan harga.
Hanya saja masa depan ekonomi vs masa depan politik plus gejolak sosial plus popularitas pemerintah. Mana yang akan menang. Saya tidak tahu.
Yang pasti semakin dekat pemilu semakin banyak omong tuh Tokoh Politis: Gak Mega, Gak Amien, dan hanya sebagian tokoh politik yang memilih diam.
Saya masih salut sama SBY kok. Jika Beliau berhasil menaikkan BBM (yang tentunya akan sangat meringankan beban pemerintahan mendatang – Siapapun Presidennya tahun 2009) dan bisa meredam gejolak sosial ekonomi dalam jangka pendek, saya kasih penghargaan buat SBY. Dua jempol untuk keberanian beliau.
Salam
wahh berarti ga bisa seenak gitu dong pak dhe ya,1 barel crude tidak sama dengan 1 liter bensin yaa..
thanks ilmu nya pak
Saya rodo buta soal ilmu ekonomi, tapi saking penasarannya dgn tulisan Kwik itu, kemarin sempat googling cari2x info ttg data yg disampaikan di sana, misalnya tingkat produksi minyak kita, terus jumlah yg kita impor, dsb. (mbuh, baru iseng berat ^_^). Ternyata impor BBM kita memang besar sekali. Ini fakta2x yang kutemukan lewat googling:
1. produksi minyak kita menurun (konon skrg cuma 800an ribu barrel per hari http://www.worldoil.com /INFOCENTER/STATISTICS_ DETAIL.ASP?STATFILE=_WORLDOILPRODUCTION (padahal menurut file sing di-forward Ajik, kl ga salah ditulis masih 1juta barrel perhari <– kurang mencerminkan keadaan terbaru sekarang)
2. Produksi minyak kita sudah di bawah jumlah konsumsi.. jadi praktis ga ada ekspor lagi (di file yg di-forward ajik ada penjelasannya juga sakjane). Bahkan, krn Indonesia dianggap bukan pengekspor minyak bumi, kita (SBY) mempertimbangkan utk keluar dari OPEC… (http://www.forbes.com/markets/2008/05/06/indonesia- opec-membership-markets-equity-cx_vk_0506markets03. html)
3. Untuk kebutuhan BBM Indonesia (premium dan diesel), ternyata jumlah yg kita impor sangat banyak! (premium = 64% impor, diesel = 88% impor)… sumber data thn 2005, entah data 2008 spt apa: http://www.iea.org/Textbase/stats/oildata.asp?COUNTRY _CODE=ID
Nah kenapa smp perlu impor sebanyak itu, kenapa ga produksi sendiri (swasembada BBM), toh kita penghasil minyak yg cukup besar,, entahlah… mungkin pemerintah punya alasannya sendiri… ๐
Kalau pendapat pribadi sih, setuju dgn usulan mengurangi subsidi BBM, tapi bisa gak ya TANPA menaikkan harga BBM untuk masyarakat? (entahlah, dg nyoba ‘swasembada’ BBM?)
pakdhe, lantas kebijakan menaikkan harga BBM itu bagaimana?
wih pertama nih..
salamhangat.