Jakarta pindah, bukan hanya karena banjir

0

moving-full.jpgDiskusi kepindahan Jakarta memang harus diakui “dipicu” oleh banjir. Dan selalu berulang setiap tahun.

🙁 “Apa perlu dibuat seminar tahunan, Pakdhe ?”
😀 “Hallah mengko juga sudah lupa kok, Thole”
🙁 “Ya biar ngga lupa dibuat libur bersama setiap akhir Januari, dua hari saja lah !”
😀 “Hust !!

pindaah.gifKalau dipikir-pikir kebutuhan pindahnya Jakarta “bukan hanya” karena banjir saja. Juga bukan karena “bus way chronicle“, bukan sekedar jumlah penduduk. Yang lebih penting lagi adalah pertanyaan dasar seberapa mampu daya dukung Jakarta dalam “melayani” propinsi-propinsi lain dalam hal kepemerintahan dan kenegaraan ?.

Daya dukung alam (natural resources support) untuk Jakarta jelas terbatas. Misalnya jumlah air yang dapat disedot, jumlah lahan yang dapat dimanfaatkan untuk taman dan perumahan. Jumlah (panjang dan lebar) jalan raya dan lain-lain.

Sepuluhjuta tidak sekedar 10 x sejuta

Tentusaja daya dukung alam ini memang dibatasi oleh luas area daerah, namun bukan sekedar luas daerah saja. Memperbesar kota dan mengembangkan kesamping tidak selalu berarti linear menambah kemampuan daya dukung alamiahnya. Natural resources support itu ada batasnya dalam hal densitas atau kepadatan.

Perlu diperhatikan bahwa pengelolaan sejuta orang dan sepuluh juta orang, bukan sekedar 10 kalinya looh. Mudahnya gini, ketika pegawai dirumah cuman satu, ya wis diawasi dewe aja. Ketika jumlah pegawe rumah itu lebih dari 10, maka perlu mandor. Lah ketika jumlah pegawe lebih dari 500 orang, maka perlu banyak supervisor, beberapa manajer, perlu juga ada general manajer bahkan perlu departemen personalia untuk mengurusi pegawe dan juga mengurusi manajer-manajer yang suka rewel juga. 😛

Dengan asumsi bahwa perkembangan Jakarta masih akan berlanjut, maka menurut saya wacana perpindahan pusat pemerintahan masih perlu terus dipikirkan, walaupun tidak harus dipikirkan oleh seluruh manusia bersama-sama dalam waktu yang sama. Dan apapun atau kapanpun keputusan pindahnya, sangat mungkin lebih kepada alasan politis, tetapi pengembangan wacana serta studi ilmiah harus mendasarinya. Bukan sekedar karena banjir !!!

Peran rekayasa (engineering)

Rekayasa merupakan salah satu modal dasar manusia dalam “ngakali” serta meningkatkan kemampuan lahan serta kemampuan alam untuk kehidupannya. Kalau manusia hanya diam saja tidak melakukan olah lahan, maka itu namanya manusia hanya mengeksploitasi alam. Di dalam ilmu geologi moderen saat ini dikenal tiga hal dalam pemanfaatan ilmu bumi ini yaitu :

  • Ekstraksi (meliputi eksplorasi-eksploitasi yaitu pemanfaatan sumberdaya),
  • Konservasi (pemeliharaan lingkungan), dan
  • Mitigasi (mitigasi dari peristiwa bencana-alam).

Ketiga hal diatas harus difikirkan masak-masak sebelum memulai penggunaan lahan. UNtuk sebuah kota tentusaja bukan hanya satu alasan saja untuk memindahkannya.

Daya dukung memang dapat dioptimalkan dengan engineering. Lah, iya kan ? Wong di luar angkasa saja manusia sudah mampu membuat stasiun luar angkasa. Dan bahkan stasiun luar angkasa itu mampu dibuat untuk ditinggali selama beberapa bulan, kok. Artinya manusia itu memiliki kemampuan untuk mengembangkan sumberdaya dengan memanfaatkan rekayasa (engineering) sehingga pemanfaatannya lebih optimum.

Pembatasnya tentusaja tetap ada, dan bukan sekedar karena keterbatasan teknologi (engineering), tetapi juga biaya. Yang sulit adalah kalau pembatasnya karena budaya … whaddduh !

Tentang contoh rekayasa sungai di Indonesia, silahkan baca tulisan sebelumnya ini –Merekayasa Sungai Bengawan Solo.

Jadi diskusi atau obrolan kepindahan ini mestinya juga dilakukan ketika saat tidak banjir nanti di bulan Juni-Juli …

😀 “Jangan lupa, Thole ?

Salam angkut-angkut … !!

Liked it? Take a second to support Dongeng Geologi on Patreon!

1 KOMENTAR

  1. menurut ane pak dhe, kepadatan penduduk itu bukan karena jakarta sebagai pusat pemerintahan saja. pusat ekonomi, pusat hiburan dan pusat lain-lain makanya banyak orang keserap di jakarta karena disitu memang sangat banyak lahan kerja.
    Tapi ane setuju ma pak dhe, selain memindahkan pusat (ya, entah nanti pusat-pusat apa saja yg dipindahkan) ke kota lain. pembenahan bisa lewat rekayasa. ayolah pak dhe usul ke pemerintahan, ane dukung, hehehe…

  2. kalo saya setuju penduduknya saja karna PEMBOROSAN kalo harus pindah ibukotany…bikin gedung2 seabrek2 wuichhhh…kalo gk pake uang rakyat paling ngutang tho pakde??? he

  3. @
    KLo saya sih setujunya dua2nya dipindahin (ibukota n penduduknya) :p

    Komentar oleh Bambang — 14 Februari 2008 #

    Sakjane, penduduk ngikutin sumber duwiknya.

    Mana mau lah para dedengkot berharap sumber duwiknya jauh dari jangkauan.

  4. pindah ke sumatera aja yang masih luas, biar orang sumatera ikut maju juga kayak orang jawa, dan bisa nyicipin pembangunan yang merata… sehingga gak cuman dikerukin hasil alamnya aja..

  5. Mas, menurut saya bukan soal pemindahan ibu kota pemerintahan saja yang perku dipikirkan. Padatnya Jakarta terjadi karena ibukota pemerintahan bercampur dengan pusat bisnis. Jika ibu kota pemerintahan dipindahkan, harus tegas diatur bahwa tak boleh ada kantor-kantor bisnis di kota tersebut. Kalaupun ada hanyalah kantor perwakilannya saja. Jika tidak akan mengulang kejadian yang sama. Hal ini juga untuk mengurangi kolusi antara birokrasi pemerintah dan pelaku bisnis, walaupun tidak akan menyelesaikan persoalan korupsi. 🙂

  6. Oh iya pak dhe kalo jakarta pindah lagi bakalan nama daerah istimewa nambah lagi selain DKI Jakarta, DI nangroe Aceh darussalam, D>I Yogyakarta nanti muncul daerah lebih istimewa lagi…. lagian kasian toh pak dhe…. kan kantor-kantor pusat di Jakarta semua nanti mendadak pindah semua…. Usulku sih biar gak banjir pindah ke vbukit aja kayak puncak (muat gak ya Pak Dhe) atau Magelang….

  7. Wah pak dhe bener jakarta pindah bukan karena banjir aja selain itu jakarta pindah karena dah sempit dan keberatan beban mungkin itu ya pak dhe jakarta sekarang ngalami penurunan tanah atau subduksi…..

  8. Dari mata batin saya, Jakarta memang harus (baca sekali lagi HARUS) pindah.
    Sebab disanalah penyebab Indonesia tidak maju, sebab uangnya tersumbat di sana.
    Kalau tidak segera pindah, tidak lama lagi INDONESIA bubar. Daerah ingin memisahkan diri, seperti Uni Sovyet.

    Nanti kalau buat ibukota yang jangan semua dijadikan satu, dipisahlah, pusat pemerintahan sendiri, pusat budaya sendiri dan pusat perekonomian disebar.

    Usul, Jogja pusat seni dan budaya, Gorontalo pusat Ekonomi, Sambas Pusat perdagangan, Padang Panjang Pusat pendidikan, Kuala Kapuas Pusat Industri, Duri – Riau pusat militer, Denpasar Pusat pemerintahan. Pembangunan oleh pemerintah (infra struktur) dipusatkan di Luar Jawa, Jawa biar dikelola Swasta.

    Nah Jakarta dijadikan Kampung Rawa Udik, sebab disanalah (telah) berkumpul orang-orang udik, dan banyak buaya darat nya he he he he..

    Saya lihat, di Jakarta terlalu banyak “orang enggak kuat derajad” atau lebih kasar lagi cocok dengan ungkapan ini -maaf sekali lagi maaf- “kere munggah bale” atau lebih santun dengan sebutan OKB (orang kaya baru), sehingga kemaruk (over acting / bertindak berlebih kebihan.

    Gimana enggak, masa’ udah tahu jumlah rakyat miskin banyak, eh, uang negara tetap aja dikorupsi, udah tahu beban rakyat berat, eh selalu saja memanipulasi, udah tahu hidup bangsa sedang susah, eh malah mencari kesempatan dalam kesempitan. Singkatnya, etika sosial udah ilang.

    Liat akibatnya..lingkungan tidak sehat, masyarakat sakit, iklim politik engga pernah dewasa…walah.

  9. Pak Damarjati yang ahli filsafat dalam sebuah seminar di tahun 1996 (jaman orba) pernah menyampaikan gagasannya untuk menjadikan jogja sebagai ibukota negara RI, dia mengundang penggagas yang lain untuk datang di “posko” nya yaitu warung TAHU TELUPAT sebelah barat Perumahan Merapi View, Ngaglik, Sleman. Salah satu alasannya kalau tidak salah “karpet istana negara sekarang sudah basah” ….karena banjir?
    Usul untuk Pak Rovicky : Bikin blog/space lagi khusus untuk wacana ini. Terus diundang para penggagas dari macam-macam disiplin ilmu termasuk klenik, kejawen, metafifika, nujum, dll. Sebab? (Pak Rovicky lebih tahu)

  10. saya setuju pakdhe kalau wacana pindah ibukota tetap digulirkan baik melalui forum ilmiah maupun yg tidak ilmiah (grundelan). yg saya mau tanya pakdhe kenapa dulu jakarta dipilih jadi ibukota?. Dari jaman dulu jakarta juga sudah sering banjir. Yogyakarta kan cukup mumpuni untuk dikembangkan jadi ibukota. tentunya dengan dukungan kota-kota satelitnya seperti kulonprogo, klaten, solo dan magelang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here