
Skalian untuk mengklarifikasi bahwa bukan soal salah-bener untuk memanfaatkan Flood Plain, tetapi bagaimana menyiasati perilaku alam ini mestinya juga diketahui sebelum memanfaatkan dengan tepat. Dibawah ini juga ada komentar Mas Watonmuni yang menarik.
Komentar:
Ok pakde, daerah-daerah itu memang floodplain. Tapi tetap harus ada solusi dong pakde biar warga-warga disitu ndak kebanjiran. Apa kita hanya diam, biarin lah…disitu kan floodplain, ndak bisa diapa-apain. Atau malah nyalahin orang-orang. Salahe nggawe omah neng floodplain…Wis wong susah malah disalahke ki py.
Menurutku, solusi membuat dam atau storage area sangat masuk akal pakde. Tiap 2 atau 3 kabupaten bikin 1 storage area. Gimana menurut pakde? Feasibilitynya masuk ndak kalau bikin proyek kayak gitu?
Sebenarnya manusia ini diberi karunia otak untuk melakukan rekayasa (tapi bukan rekapaksa) untuk mampu hidup di alam yang bisa dibilang jinak-jinak singa ini. Bisa lutju waktu masih kecil, bisa galak kalau lagi marah.
Dibawah ini ada beberapa rekayasa sungai di Jawa yang sukses dan yang sedang dicoba kekuatannya. Kenyataan memang masih ada saja gagalnya, tetapi kalau dilihat keberhasilannya juga patut diacungi empat jempol !!!!
Floodplain – Dataran yang penuh karunia
Memang tidak salah manusia memanfaatkan floodplain. Karena pada kenyataannya floodplain itu daerah yang subur karena tempat ini sering diberi pupuk hara secara alami. Hanya saja proses pemupukannya ini dengan mekanisme yang disebut banjir. Banjir bukan bencana kalau dari sisi “penyuburan” dengan distribusi unsur hara ini. Tetapi manusia ini seringkali tidak adil dalam menilai fenomena alam, ketika airnya dirasakan terlalu berlimpah dan menganggu, barulah manusia menyebutnya bencana. Seperti hujan sering dimaknai karunia, tapi kalau kebanyakan jadi dimaknai badai yang berarti bencana juga kan ?
Sejak jaman dahulu kehidupan manusia selalu berdekatan dengan air, salah satunya berada pada sepanjang sungai. Itulah sebabnya secara arkeologis kalau melihat perkembangan kebudayaan manusia tidak pernah terlepas dari “sungai”. Tidak hanya untuk bercocok tanam saja, namun juga untuk kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan transportasi dll, semua tersedia di sepanjang sungai.
Yang lebih paling mudah sebenarnya adalah lebih mengenali seluruh produk alami ini dan menggunakannya sesuai dengan proses-proses alamiahnya. Misalnya menggunakan dataran banjir untuk persawahan, menggunakan sungai untuk sumber air dan transportasi, juga memanfaatkan lereng gunung utk tempat wisata dengan membangun villa dll. Namun ketika jumlah manusia meningkat maka diperlukan usaha tambahan manusia, untuk tidak hanya menggunakan atau mengeksploitasi alam secara berlebihan dan meninggalkannya, selanjutnya mencari yang lain lagi.
🙁 “Wah Pakdhe, sungai itu dibiarkan seperti apa adanya saja sudah bermanfaat ya Pakdhe ?”
😀 “Lah hiya, tapi kalau jumlah manusia Indonesia kan juga selalu bertambah, maka fungsi sungai perlu direkayasa, asalkan jangan di rekapaksa 🙁 ”
Konsekuensi menggunakan dataran banjir tentusaja ada tersendiri, misalnya banjir tahunan, lima tahunan dll. Dengan memanfaatkan teknologi manusia mulai merekayasa sungai ini (meluruskan aliran, meninggikan tanggul, mengatur besar kecilnya aliran dan sebagainya).
Perlunya Sedikit Rekayasa
Rekayasa merupakan salah satu usaha manusia untuk memanfaatkan alam ini dengan lebih baik, lebih efisien serta tidak membahayakan eksistensi atau kehidupannya (less-disaster). Alam ini apa adanya saja juga sudah baik, tetapi manusia fitrahnya selalu punya keinginan untuk menuju ke yang lebih baik. Maka diperlukanlah usaha dalam bentuk rekayasa (engineering). Salah satunya dalam memanfaatkan sungai ini adalah merekayasa alirannya.
Jangan dikira bahwa rekayasa sungai dan produk-produk alami itu monopoli jaman sekarang looh. Jaman dahulu di Mesir koeno juga sudah ada pemanfaatan dan mengubah aliran Sungai Nil. Juga pemanfataan dan mofikasi Sungai Gangga di India.
Bengawan Solo yang dimodifikasi
Kalau modif motor mungkin semua sudah tahu, tetapi kalau modifikasi bengawan solo … hmm menarik juga kan ? Benar looh Sungai besar atau lebih dikenal dengan Bengawan Solo ini sudah mengalami modifikasi besar-besaran. Hampir seluruh bagian dari Bengawan Solo ini sudah mengalami modifikasi. Bagian hulu, aliran dan hilir sungai ini sudah dimodif habiss.
Modifikasi Bengawan Wonogiri Solo secara alami

Tahu ngga kalau Bengawan solo ini sejak awalnya sudah dimodifikasi oleh alam ? Ya, modifikasi alamiah ini bukan sembarangan, yang dimodifikasi adalah arah alirannya. Dahulu aliran sungai Bengawan Solo ini keselatan dan sekarang mengalir ke utara. Perubahan aliran sungai bengawan solo ini diperkirakan terjadi sekitar 2 atau paling tidak sejuta tahun lalu. Coba tengok gambar sebelah yang menujukkan sungai purba Bengawan Solo yang sudah menjadi sebuah lembah yang berkelok-kelok. Klick Gambar sebelah kiri !
Bagaimana bisa berbalik arah aliran ini ?
Sebelumnya arah aliran sungai Bengawan Wonogiri Solo ini mengalir ke arah selatan. Sungai ini bermuara di Samodra Hindia Indonesia. Proses tektonik tentunya sejak dulu juga ada. Lempeng Ustrali di sebelah kanan (selatan) ini menabrak dan menghunjam ke bawah Pulau Jawa.
Karena adanya kerak Ustrali menghunjam kebawah tentunya bagian pinggir (bag selatan) Pulau Jawa ini akan terangkat terus menerus kan ? Sehingga lama kelamaan aliran air permukaan yg melalui sungai akan terganggu.
Sampai akhirnya ketika pengangkatannya sudah cukup tinggi, maka airpun tidk dapat mengalir ke arah selatan, dan “berbalik” ke utara. Saat ini kita hanya dapat mengamati adanya endapan-endapan sungai Bengawan Wonogiri Solo purba.
Pengangkatan ini masih terus berlangsung hingga saat ini. Pengangkatan ini terjadi bersamaan pula dengan proses terjadinya gempa.
🙁 “Wah dari mendongeng aliran sungai kok bisa menyambung ke gempa juga ya Pakdhe”
😀 “Proses alam itu tidak ada yang berdiri sendiri thole, semua proses alam itu saling terkait. Mengenali alam jangan sepotong-sepotong, Thole”
Modifikasi sungai Bengawan Solo ini juga dilakukan oleh manusia mulai darihulu hingga hilir.
Bendungan Gajah Mungkur
Waduk Gajah Mungkur berada 3 KM di sebelah selatan Kota kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Bendungan atau waduk ini dibangun mulai tahun 1970-an dan mulai beroperasi pada tahun 1978. Waduk dengan wilayah luas genangan kurang lebih 8800 ha. Beberapa fungsi dari waduk ini antara lain : untuk mengairi sawah seluas 24 000 ha di daerah Sukoharjo, Klaten, Karanganyar hingga ke Sragen. Selain itu juga untuk memasok air minum Kota Wonogiri. Fungsi lainnya adlah menghasilkan listrik dari PLTA yang awalnya di design untuk sebesar 12,4 MegaWatt.
Waduk yang didesign berusia 100 tahun ini ternyata mengalamipendangkalan yang sangat cepat. Sehingga usia waduk ini menjadi lebih pendek dari yang diperkirakan sebelumnya. Pendangkalan ini sangat mungkin merupakan akibat dari kesalahan dari pemeliharaan. Ketika sebuah waduk dibuat, maka tentusaja akses ke jalan-jalan disini semakin berkembang.
Solo Baru dengan aliran sungai yang lurus !

Manusia memang banyak membutuhkan karunia dari alam, namun manusia masih selalu ingin lebih dari sekedar yang disediakan alam. Bukan karena nafsu saja, namun karena keterbatasan penyediaan alam karena jumlah manusia yang bertambah. Salah satunya adalah pemanfatan dataran untuk pemukiman, pertanian dan kebutuhan lain (rekreasi dll).
Salah satu modifikasi aliran sungai telah dilakukan pada Sungai Bengawan Solo. Hal ini dilakukan untuk mempermudah mengontrol sungai yang alirannya akan menjadi “sederhana” (lurus). Secara alami diketahui aliran sungai itu akan selalu berkelok-kelok karena terjadinya proses pengendapan. Pengendapan ini memerlukan tempat baru sehingga proses pengendapan akan selalu terjadi ketika aliran sungai menjadi perlahan, salah satunya saat berkelok.
Sungai yang diluruskan ini secara sepintas memang menjadikan alirannya sederhana namun kalau dilihat dari perilaku sungai dan perilaku aliran air, maka kita tahu bahwa yang lurus seperti ini belum tentu lebih mudah dikontrol. Dalam waktu tertentu sangat mungkin aliran lurus ini akan berkembang menjadi aliran alami. Akan terjadi pengendapan-pengendapan juga pada bagian-bagian tertentu dari sungai yang harus dipelihara supaya tidak terjadi pedangkalan. Pendangkalan kanal inilah yang mengurangi kemampuan kanal dalam mengalirkan air.
Delta Pangkah (Delta buatan)
Tidak hanya bagian tengah saja Bengawan Solo ini dimodif, bahkan bagian hilir atau bagian ujung sungai inipun sudah direkayasa (dimodifikasi). Delta Pangkah merupakan salah satu hasil modifikasi sungai Bengawan Solo di bagian hilir.
Salah satu tujuan dimodifikasinya bagian hilir dari Bengawan Solo ini adalah untuk mengindari pendangkalan di selat Madura. Coba tengok warna biru muda (turqioise) ini, ini memperlihatkan bagaimana endapan sungai di mulut Bengawan Solo. Endapan ini dibawa oleh aliran Bengawan Solo dari ujung hingga hilir. Delta buatan yang merupakan hasil rekayasa yang berada di sebelah utara kota Gresik. Kali ini saya tampilkan delta yang ada dengan lebih detil lagi. Kita sebut saja Delta Pangkah.
Apa saja yang dapat kita pelajari dari gambar disebelah ini ?.
Warna biru muda (turquoise) menunjukkan pola penyebaran sedimen yg diangkut oleh aliran air laut yg melalui Selat Madura. Batuan yg keluar dari lubang semburan di Porong ini juga sama secara genetika (pembentukannya). Jadi warna biru muda (turquoise) itu adalah endapan-endapan halus berukuran lempung yg menyebar dan terendapkan didasar-dasar laut. Kalau saja endapan ini selain dari anak-anak sungai dan merupakan sebagian besar berasal dari ujung sungai Bengawan Solo, dimana merupakan daerah erosi sungai, maka tentusaja jumlah endapan yang tertahan oleh Bendungan Gajamungkur bukanlah sedikit. Apalagi ditambah penggundulan hutan yang merusak dan mempercepat erosi, itulah sebabnya usia bendungan Bengawan Solo sangat pendek dari yang diduga sebelumnya.
Perhatikan skala pembanding yang ada. Dimensi dari kanal buatan yg konon dibuat sekitar 100 tahun yang lalu ini memiliki panjang 15 Km.
Sungai Bengawan Solo ini sudah tidak seperti yang dulu. Sungai ini sudah dan akan selalu mengalami perubahan bentuk fungsi serta perilakunya sepanjang jaman. Sehingga perlu dilakukan penelitian khusus mengenai Bengawan Solo Moderen.
😀 “Hayoo syapa mau meneliti ? ”
🙁 “Maksudte jadi proyek gitu ya Pakdhe ?”
😀 “Hust !!”
mau tanya mas pemetaan diatas makai apa ya? google earth kah ?
trmksih sblmnya
Bagaimana kalau dari ‘dahulu kala’…..
Bengawan Solo ‘memanglah’ bermuara 2 #Utara_dan_selatan…. ^_^
@Mungkin apa Tidak ya……..hehe 😀
saya lebih setuju, kalau bengawan solo dikasih sudetan., biar bisa mengalir ke selatan.,
dengan mengalir ke selatan dan timur atau utara, maka banjir bisa diminimalisir…
terimakasih..
[…] Merekayasa Sungai Bengawan Solo […]
Denger-denger sungai bengawan solo banyak memakan korban jiwa.benarkah sungai bengawan solo meminta tumbal?
bukan ga ada critanya.. emang lg ga ada yg perlu di omongin
informasinya keren banget. makasih ya
Baju Bali Murah
Ya ALLAH… Ampunilah hamba njenengan yang lemah ini.
Assalamu’alaikum Wr.Wb…!
Dengan segala rasa hormat, Kepada Yth Bapak dan Ibu guru saya sewaktu saya masih sekolah dulu, dan Kepada segenap masyarakat Ujung Pangkah – Gresik : ijinkan dan mohon doa kan saya karena saya insyaAllah akan segera membangun dermaga Pelabuhan Internasional khusus peti kemas ditepi pantai utara Ngimboh – Ujung Pangkah – Gresik dengan nama (PT. Ujungpangkah International Container Terminal).
Yang mana saat ini masih dalam tahap pembebasan lahan dengan total lahan 2.000 Ha, (dengan perincian reklamasi laut 100 Ha, dan lahan darat 1900 Ha). insyaAllah
proyek tsb akan saya kerjakan sendiri (yaitu PT. Graha Pantura Adibindo)
dengan sindikasi investor dari Perancis dengan nilai proyek 10 Trilyun.
Semoga… dengan adanya Pelabuhan Internasional Peti Kemas nantinya
bisa bermaanfaat dan bertambah makmurnya bagi masyarakat UjungPangkah
dan sekitarnya, Amin…!
salam hormat saya, AGUS SYAHRUL ADIB JAMZURI, 24-10-2010, 21:41 Wib.
Pak Rovicky. Baca blog ini…Tulisannya sama persis dengan tulisan Anda
http://prabang.multiply.com/journal/item/16
selama penghuni floodplain merasa keuntungan yang ditimbulkan akibat menghuni flood plain lebih besar daripada kerugian yang ditimbulkan akibat banjir yg terjadi hanya beberapa kali tiap tahun…menurut saya gak masalah. dalam kontek ini banjir bukan menjadi bencana tetapi sumber daya…yang penting kesadaran dan mitigasinya diperbaiki.bisa individu ataupun kolektif
idenya oke, pintar, dan salut, aku setuju jugaaaa.
Flood Plain secara alami terjadi adanya proses pelumpuran/sedimentasi yang dibawa oleh aliran air berupa materi lumpur, tanah, bahan organik dll yang umumnya sangat subur. Endapan yang subur dibawa dari lapisan tanah atas (top spil) dari wilayah hulu sungai bengawan solo atau disebut dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu seluruh wilayah yang setiap musim hujan menerima air hujan dan mengalirkanya ke sungai solo atau DAS Bengawan Solo.
Selain flood plain bermanfaat, juga dapat dijadikan indikasi rusaknya wilayah DAS, maka perlu kita turut serta memelihara agar tidak terjadi flood plain yang dipercepat, karena resikonya sangat besar bagi kehidupan yang lebih luas. Rusaknya DAS sangat terkait dengan cara penghuni DAS memanfaatkannya, umumnya pemanfaatan lahan dalam usaha tani, kebun, pemukiman dll. Maka, rekayasa teknis lahan wilayah DAS juga perlu menjadi pertimbangan agar bengawan solo jadi baik dan Flood Plain berjalan alami/lambat… kuncinya penghuni DAS perlu dikelola dengan baik, jadi bukan hanya mengelola DAS juga perlu mengelola ENDAS (maaf sebutan kasar bahasa jawa artinya kepala), dengan rekayasa pola pikir untuk bengawan solo yang lestari.
yang benar bengawan solo atau begawan solo sih, mohon pencerahannya dong…
Merekayasa Sungai(baca: DAS) Bengawan Solo itu memang ide gila (baca : cemerlang) Pak De, saya setuju. Merekayasa saya lihat ada dua hal : secara teknis dan sosial. Saya lebih tertarik pada rekayasa sosial sebab bahasan ini masih sangat kurang. Bukankah daerah tangkapan DAS secara umum dimiliki oleh masayarakat? Ditu Pak De…
mungkinkan bengawan solo itu sungai terbesar di pulao jawa???………………..
salut tentang tulisannya
temen2 ada yang tau gak tentang fenomena pelurusan di bengawan solo?
atau mungkin temen2 tau sejauh mana pengaruh straightnening alias pelurusan terhadap fenomena banjir di bengawan solo?
makasih…
kami (DEPHUT, DEP PU, dan DEPDAGRI) mau evaluasi secara bersama mohon input / bahan tulisan untuk dasar evaluasi penanganan lebih lanjut Tentang Bengawan SOLO. semoga banjir dapat ditangani bersama.
Bahan-bahan dapat dikirim via email atau surat ke INSPEKTORAT II (DUA)
DEPARTEMEN KEHUTANAN
Gedung Manggala Wanabakti Blok VII (TUJUH)
Lantai 13 (TIGA BELAS)
JALAN GATOT SUBROTO, JAKARTA PUSAT
pakdhe, sebagai orang wonogiri asli saya berpendapat kalo ini merupakan tanggung jawab kita semua…..yooo
pakdhe, sebagai orang wonogiri asli saya berpendapat kalo ini merupakan tanggung jawab kita semua…..yooo
bisa di complitkan lagi ttg bengawan solonya
aq mau donk diajari pake HEC-RAS
Sungai bahasa perancisnya ‘La rivirera’ klo bahasa spanyol n portugisnya sungai- ‘Rio’. Beda banget ya dalam hal gender. Klo la digunakan untuk female. Klo Rio sepertinya male banget dech.
memang sharusnya manusia yg beradaptasi dgn perubahan dan proses2 alam. Floodplain emang bagus untuk dimanfaatkan manusia, tp land suitability-nya bukan untuk permukiman. Seandainya setiap orang berwawasan keruangan ………….
He… Pak Dhe, saya salah satu korban aktivitas bengawan solo kemarin itu lho. Alhamdulillah anak+istri selamat (walaupun untuk barang2 harus mulai dari nol lagi, yang sedih waktu mereka ngungsi saya ndak bisa menemani karena pas tugas di aceh).
Emm… (1). Setuju sekali kalo ada pendapat Bengawan Solo bukan hanya tanggungan pemerintah, bukan hanya tanggungan salah satu disiplin ilmu apalagi tanggungan nenek moyang saja, melainkan semua baik yang masih peduli atau yang sudah ndak peduli lagi. (2). Kalo melihat sejarah (versi yang saya dengar), pada jaman Hindia Belanda pernah ada master plan pendayagunaan/perekayasaan Bengawan Solo dengan waduk-waduk (sudah sempat terealisasi dibeberapa tempat, yang fungsinya ternyata tidak hanya untuk irigasi tetapi untuk penanggulangan banjir juga) dan sudetan (yang pernah saya dengar salah satunya telah disiapkan jalur dari bojonegoro ke arah tuban, sayang belum terealisasi dan kita juga belum punya dana untuk melanjutkannya, atau mungkin malu meniru cara penanganan model jaman kompeni tersebut). (3). Dari pengalaman teman-teman yang berprofesi sebagai pencari “kayu pendem” (kayu jati yang terpendam di tanah sekitar 1 s/d 5 m) banyak menemukan dengan dimensi besar di sepanjang DAS Bengawan Solo yang menurut hasil penelitian beberapa pihak berumur sekitar 200 tahunan. Nah… apakah kurang lebih dalam jangka waktu yang sama pernah terjadi banjir besar di DAS Bengawan Solo ? (4). Dari hasil Studi Geologi, kira-kira rekomendasi apa yang cocok untuk perekayasaan Bengawan Solo ya Pak Dhe ?
[…] Tentang contoh rekayasa sungai di Indonesia, silahkan baca tulisan sebelumnya ini -Merekayasa Sungai Bengawan Solo. […]
Wah, saya telat bukanya…
Penjelasan yang bagus tentang floodplain…
memang sebaiknya daerah floodplain tidak untuk dijadikan permukiman. seperti yang ada di Jepang, dataran banjir hanya boleh untuk taman bermain, area parkir, lapangan olahraga maupun tempat jualan (non settle) sehingga ketika debit sungai naik (=banjir) maka akan terdengar bunyi sirene yang menandakan dataran (sebenarnya adalah milik sungai) tersebut harus segera dikosongkan.
dengan demikian, debit air yang datang dapat tertampung oleh sungai dengan penampang besar, sehingga banjir yang datang cepat surut.
hla bagaimana dengan indonesia? undang-undangnya sudah ada (yang terbaru tahun 2003), dan peraturan pendukungnya sedang dibahas. dan terimakasih pakde sudah memberikan gambaran singkat namun jelas untuk pemahamannya.
nDerek langkung….
matur nuwun pakde, saya terbantu banget, meski bukan ga pengin merekayasa karena bukan orang teknik tapi saya sedang riset sedimentasi waduk n konservasi kawasan penyangga…doain cepet kelar ya Dhe….
nuwun
Emang rumahnya dimana Zona
Jangan-jangan kemasukan ikan asin 🙂
mau tanya pak dhe, apa hubungannya sungai bengawan solo dengan air asin ya? saya melihat kok didaerah saya disepanjang sungai bengawan solo kok airnya asin, trim’s
pakde… nanggepin mas waton muni aku jadi ingat ngelakonin penelitian tesis di Sungai gajah wong..terutama kampung mulai sorowajan sampai dengan gambiran Kota gede…rata2 penduduk floodplain gak mau pindah dan mereka punya insting mitigatif yang ok..kehidupannya sangat beradaptasi dengan kondisi alamnya…tak sodorin hsail simulasi banjirnya dengan hecras..mereka cuma tersenyum…he…he..gak papa..wong ini tanah tumpah darahku kok yang tak temukan adalah penduduk baru cenderung jadi korban..dan jembatan2 liar itu akan bikin bahaya banjir semakin besar.
Jadi sudah saatnya kita (bukan hanya pemerintah aja lho…) memadukan kemampuan komunitas, struktur, untuk cancut tali wondo bersahabat dengan alam-e…jadi gak ada kesan masyarakat disudutkan terus..
ning yo rodo angel pak
usaha lah…
Kali Bengawan Solo baiknya dijadikan water way seperti Kali Cliliwung.
Kali bisa banjir karena pendangkalan dari mudik sampai hilir, kalau jadi water way maka akan ada biaya maintenance untuk mengeruknya. Jadi debit air bisa dipertahankan sehingga tidak terjadi luberan air yang disebut orang BANJIR 😆
iya ding pakde, ini dongeng je, lali aku 😆 .
Betul
Emang ada alternatif atau cara “ngakali” alam ini supaya lebih bersahabat. Alam akan lebih bersahabat apabila kita tahu bagaimana perilaku alamiahnya. Artinya kita tidak me-rekapaksa, tetapi bercengerama saja 🙂
Kalau nulis lagi ntar dulu … kayaknya mesti pelan-elan aja … yang lain nanti mumeth ndengerin dongeng kok malah mikir 😉
Setiap usaha rekayasa kan selalu ada sisi positif dan negatifnya. Namanya juga ilmu engineering (rekayasa 😆 ).
Nah..setelah itu baru dilakukan studi kelayakan. Untuk menilai rekayasa itu layak dilakukan apa ndak.
Btw, menurutku, pakde masih punya
alternatif-alternatif yang lain to? Selain yang ditulis diatas. Nah..Kalau sudah ada lebih dari satu atau dua alternatif, baru dibandingkan to de? Mana yang layak dilakukan dan mana yang ndak layak.
*penasaran menanti tulisan selanjutnya 😉 *
Tapi kalo aliran diluruskan berarti harus ada pembebasan lahan, masalahnya disini….
Seperti proyek Banjir Kanal di Jakarta yang ga selese2 karena masalah pembebasan lahan.
setujuh Pakdhe, manusiya memang harus pandai merekayasa, jangan asal merekapaksa 😀
jadinya yang tadinya biyang musibah bisa jadi biyang berkah… bengawan solo, riwayatmu kini…
penjelasannya menarik pak dhe, semoga dapat diserap dan diaplikasikan oleh pihak terkait, salam kenal…
Pak Dhe, td kan dah crt banyak tntng bengawan solo, gimana tentang sungai2 yg lain, trutama d daerah kalimantan. saya kira cukup menarik untuk diulas, salah satunya krn sungai2 d sana mmiliki fungsi yg unik, yaitu untk mengirim kayu, yg kebanyakan ilegal…
wah, Pak Dhe ini selalu asik nyampein dongengnya…
betul..masak alam terus terusan disalahkan sih?
ah, semoga mereka mereka yang
berkuwasaselayaknya tahu, membaca ini…@darmawanku
heheh.. bener juga ya.. jd inget iklan juga… dimana air mengalir sampai jauh….
bengawan solo sampe menyapa beberapa kota 🙁
bengawan solo sekarang sedang seperti lagunya gesang. ..air mengalir sampai jauh, akhirnya ke banjiran… eh ke laut 🙂
Waduh full cerita betul ini, Pakde 😛
wah ide2 cemerlang pak de… saya dukung sepenuhnya :army:
mantafs… semoga bisa terealisasi…
belajar hecras buat skripsi ya ton? hi hi hi pakde ngasih nama sembarang aja 😀
waduh..mau dimodif to pakde? ilmu saya belum nyampe kalo begini 🙁 . saya tak baca buku2 hidro dulu ya de n skalian nglanjutin belajar hecras, hehe.
btw, makasih ya de sudah nanggepin komentar saya lewat tulisan ini, smoga jadi wawasan buat semua.
oia, nama saya bukan toni (watonmuni) j de, itu nama blog saya, hehehe. maturnuwun…
Tulisan yang bagus Pak…..bagaimana jika usulan ini di sampaikan ke Pemerintah ….kira2 ada tanggapan nggak yah ??!
Pak Dhe….sampeyan benar-benar pendongeng Geology, manusia langka. Itu cerita masa dengan jaman Mojopahit, dimana bengawan solo menjadi urat nadi peradapan manusia. Raden Wijaya membawa tentara tar-tar juga lewat bengawan solo, dan memusnahkannya di Tuban dengan bengawan solo, konon katanya. Jadi kesimpulannya bangsa Indonesia ini sudah mulai lupa sejarah sehingga sungaipun terlupakan akan jasa-jasanya. Jadi yah…kalau sungai bisa MARAH tentunya menjadi banjir seperti kemarin.Itu lho katanya EBIET G ADE, atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.
Kok sungai-sungai di Jakarta ngga ada critanya Pak Dhe ?