Penurunan drastis volume semburan Lusi binti Lula yang dilaporkan pada pertengahan Agustus lalu akhirnya diikuti dengan amblesan dan luberan. Dugaan ini sudah tertulis disini sebelumnya di Semburan lumpur berkurang drastis – Be alert !
Dan hari kemarin ada berta baru yang menyebutkan jebolnya tanggul yang mengancam dua desa.
🙁 “Sepertinya semua persitiwa harus dicatat ya Pakdhe?”
😀 “Ya dan sebaik catatan itu adalah catatan yang asli, apa adanya tanpa ada manipulasi”
🙁 “Lah kalau salah opo ya dicatet to Pakdhe?”
😀 “Kalau mau mengkoreksipun seharusnya dicatat koreksi apa yang telah dilakukan, thole”
Ada yang menduga semburan yang tiba-tiba berubah ini akibat gempa Situbondo, tetapi saya lebih suka menganalisa dengan apa yang terjadi dan terlihat di lokasi itu sendiri. Secara temporal barangkali ada korelasinya tetapi secara genesa saya yakin lebih terkait oleh gejala lokal.
Secara mudah sebenarnya ada proses-proses yang dapat dirunut genesa kejadiannya. Dari pengamatan kronologis kejadian ulah Lusi binti Lula ini dapat diketahui beberapa hal yang mirip. Hal yang berbeda hanyalah selang waktu atau jeda sejak debit berkurang hingga debit bertambah drastis. Kalau dahulu pada waktu awal kejadian hanya berselang sekitar 7-9 hari yang diikuti “ledakan” pada tanggal 18 Agustus 2006. Kejadian kedua pada bulan Maret 2007 ketika semburan tima-tiba berhenti total selama 30 menit, yang akhirnya diikuti juga dengan amblesan hingga menutup Jalan Raya Porong, kejadian ini terjadi dua minggu setelah terhentinya semburan yang “mengherankan” itu. Kejadian ketiga kali ini memiliki jeda lebih lama lagi, yaitu hampir 4 minggu.
Secara mudah penjelasannya dapat diurutkan seperti yang pernah saya buat hipotesanya disini Detak-detak kelahiran LUSI. Secara mudah sudah pernah juga mekanisme dituliskan oleh Tingay dll (2005) seperti disamping itu. Yaitu sumber paling atas terkena tekanan dari bawahnya dan menyebur keluar, dan seterusnya ke hingga ke sumber tekanan dibawahnya.
Untuk proses terhentinya semburan yang intermitten pada waktu awal, juga terhenti total sementara dapat juga digambarkan seperti kueh lapis yang isinya lapisan keras dan lapisan lunak. Lapisan lunak ini yang mecotot keluar karena adanya beban batuan keras diatasnya. Tentunya keluarnya palisan ini juga akibat air yang menggerus serta membawa material-material ini keatas.
Tentunya kondisi alinya tidak sesederhana diatas, tetapi dengan penggambaranmudah semoga lebih mudahh dipahami.
🙁 “Amblesan memang bikin repot ya dhe. Budhe Laras juga ngomel kalau kue tart-nya ambles ngga mumbul, katanya kurang putih telornya”
😀 “Whalla kowe ki poso-poso mikir roti wae tole”
Semakin dalam sumber material lunak yang keluar, maka jeda antara berkurang atau terhentinya semburan dan akhirnya ambles akan menjadi semakin lama. Amblesan ini memang sulit kalau tidak diamati secara geodetis seperti yang dilakukan dengan GPS.
Namun salah satu tanda yang mudah adalah limpahan banjir yang jelas langsung dirasakan. Limpahan ini merupakan bukti fisis adanya amblesan setempat atau “differential subsidence“.
Bentuk akhir kawah atau crater Lusi akan seperti gambar paling atas itu.
Bacaan lain yang terkait :
- Retak-retak di tanggul itu – Wellcome to our Dynamic Earth !
- Salam Duka !, daerah ini wajar ditenggelamkan-ditimbun
- Semburan Lumpur Sidoarjo sempat terhenti 30 menit !
- Tanggul itu luber karena amblesan setempat differential subsidence
- Detak-detak kelahiran LUSI
- Semburan lumpur berkurang drastis – Be alert !
- Tanggul Lapindo Jebol, Dua Desa Kembali Terancam
[…] Tuuuh kan Lusi luber lagi ! [*] […]
Pak Dhe, tanggal 15 Sept 07kemarin sy ke “wisata derita”, lihat itu semburan lumpur. Kata tukang ojek yang jadi korban lumpur di sana, kalau sore atau menjelang malam atau air laut pasang, semburan asap putih berubah hitam dan lebih tebal. Begitu juga kalau pagi. Kalau siangan sih, semburan asapnya agak berkurang. Tapi bau belerang menyengat benar.
Aliran lumpur sudah sangat pekat, meskipun diaduk itu lumpur, sepertinya tak lama lagi bakal jadi gunungan gunungan lumpur. Pengaduk mesin berat itu, boleh jadi akan berhenti ngaduk lumpur yang kian mengeras.
Selain itu, kata Pak Nur dan Pak Kamto, korban lumpur belum ditangani baik, penggantian masih sebagian. Yah itu seeh bukan keahlian Pak Dhe, cuma kita-kita tetap ikut prihatin. Semoga korban tidak bertambah.
Balik lagi ke semburan asap menghitam, bagaimana penjelasannya.
Wah Mas Fadli
Mbok kami-kami jangan dilupakan. Memang bener sih banyak bencana di negri ini. Tapi kami sudah setahun lebih kok ya gini-gini saja. Mbok jangan dilupakan gitu doong
horeeeee…! pertama..
wah lagigak ngikutin LUSI pakDhe Lagi konsen ke Gempa Sumatera