Ikhlas kah kalau LuSi binti LuLa pergi terkubur ?

8

Kehadiran presiden SBY di Sidoarjo selama beberapa hari berkantor di dekat kasus LuSi binti LuLa semoga membuahkan hasil. Beberapa keputusan sudah dibuat, beberapa tindaan sudah dikerjakan. Apakah akan menyeleseikan masalah … whaddduh masih zaauh !! Tapi semestinya akan ada arah perubahan yang lebih pasti.

Seperti yang sudah diduga sebelumnya “Kecelakaan industri yang menjadi bencana multidimensi“, kasus ini bakalan berkepanjangan dan akan selalu “menghantui” banyak aspek di Indonesia dimasa mendatang.

Banyak yang harus bahan pelajaran disini antara lain,

  • pengelolaan industri pertambangan dan perminyakan
  • pengetahuan tentang kondisi daya dukung tanah terhadap settelemant (pemukiman)
  • politisasi bencana lingkungan dan bencana industri

Crack-rekahanKamu berhak marah, geram dan sakit hati karena tanahmu menjadi sebuah danau dan nantinya terkubur hilang bahkan akan menjadi sebuah gunung lumpur.

Kamu pun sangat wajar untuk misuh-misuh karena ada pihak yang diuntungkan. (kebetulan bukan kamu)

Kamu juga boleh saja mencak-mencak sambil mengumpat karena ada yang mengail di air keruh. Ntah karena kamu yang kalah tender ataupun kau termasuk yang tertipu.

Atau barangkali kamu hanya bisa kuesel karena merasa tahu tehniknya, bagaimana cara mengatasinya, tetapi suaramu tidak pernah diperhatikan oleh yang “berkuasa” di situ.

Atau apa ajalah …. kamu memang berhak dan wajar untuk bersedih …
karena kita harus mampu dan mengerti semburan lumpur ini sebuah kejadian yang bukan direncanakan siapapun.

Ikhlaskan saja ?

Bahwa daerah ini sudah tidak layak huni tentunya sudah diketahui semua. Bahwa daerah ini wajar ditinggalkan sudah bisa diterima banyak pihak. Namun juga harus ada kewajiban-kewajiban yang harus diselesaikan. Baik kewajiban emerintah, kewajiban Lapindo serta pihak-pihak lain.

Proses penyidikan juga sudah dijalankan tinggal mak nul untuk segera diselesaikan. Janganlah kita berlama-lama dengan kasus yang jelas melelahkan dan mnguras keringat, biaya serta perasaan ini. Mungkin hanya satu cara …. ikhlaskan kedatangan, kehadiran serta kepergiannya.

Ada fakta yang selalu ditakutkan dan harus diketahui yaitu luas genangan atau luas daerah yang mungkin harus ditinggalkan seperti yang ditulis dahulu disini :

Amblesan tidak merata

diffsubsidenceSudah sejak awal diketahui akan ada amblesan namun amblesan ini tidak akan merata, dan tidak akan terjadi bersama-sama. Amblesan tak merata (differential subsidence) ini akan terus berlangsung hingga kesetimbangan tercapai. Hingga saat ini tidak diketahui dengan pasti kapan akan berhenti. Bisa 30 tahun, bisa seratus tahun .. dan untuk langkah praktis anggap saja tidak akan berhenti.

Amblesan ini akan terbatas daerahnya

Tidak benar bahwa amblesan akan mengubur kota Porong, apalagi membelah pulau Jawa. Itu hanyalah spekulasi yang tidak berdasar sama sekali. Kalau kita tahu gunung berapi-pun yang ada saat ini tidaklah mengubur Pulau Jawa, sejak jutaan tahun lalu. Ini artinya semburan ini tidak akan mengubur hingga radius puluhan kilometer. Dalam jangka hidup manusia radius gunung api saja hanya mampu mengubur sekitarnya dalam radius 20-50 Km saja, itupun terjadi dalam jangka ratusan bahkan mungkin ribuan tahun. Sedangkan skala semburan Lusi Binti Lula ini paling banter akan mengubur 3-4 Km saja, dan dalam jangka waktu puluhan tahun. Gunung Galunggung yang meletus sebesar tahun 80-an dulu itu juga tidak berdampak hingga diluar 30 Km. Abunya saja memang sampai kemana-mana, tetapi semburan materialnya padatannya sangat-sangat terbatas. Jadi ada yang perlu diperhatikan tetapi jangan terlalu ditakutkan.

Crack dan rekahan-rekahan baru

 

Lusi - Sumber GSA Today Feb 2009Rekahan yang terbentuk dibawah pusat semburan tidak mudah dikenali. Walaupun dari model yang selama ini ada, rekahan ini akan terkonsentrasi pada daerah yang hanya radius beberapa ratus meter saja, namun amblesan yang dipengaruhinya bisa mencapai 2-3 Km dari pusat semburan.

Gambar disebelah ini menujukkan “colapse cavern” yang utama terdapat pad kawah pusat semburan. Sedangkan colapse (amblesan) akan lebih jauh dari pusat semburan.

 

What can get measured, get done !

Colapse ini tentusaja sangat mempengaruhi Tanggul Cincin. Dan kalau terjadi kebocoran atau limpahan bukanlah hal aneh. Dan salah satu yang harus dilihat selalu tentunya karakteristik kelajuan amblesan.

Monitoring dari segala proses yang dapat diamati harus selalu dimonitor. Kerjakan semua yang bisa diukur !

 

Hasil pengukuran dan pengamatan ini yang nantinya akan mendasari penanganan selanjutnya.

 

Siapa yang sebaiknya menangani Lusi ?

 

Kalau melihat perjalanan kasus Lusi binti Lula ini yang sudah menjadi kasus multidimensi, maka kemungkinan yang paling wajar dan “aman” sebagai badan yang menangani hal ini adalah BPPT. Kasus ini, sat ini merupakan kasus ilmiah yang sulit dipecahkan dri sisi praktis. Kalau saja diputuskan untuk ditinggalkan, maka BPPT mungkin menjadi badan yang potensial konfliknya paling sedikit. Selama ada Lapindo disitu maka semua akan berpikir negatip terhadap langkah-langkah yang diambil. Bisa saja pembiayaan dibebankan Lapindo (setalah diputuskan dengan SK Presiden ataupun pengadilan) dengan mekanisme pembayaran, yang mmmm … ah saya sendiri belum terpikir. Salah satunya barangkali menggunakan keuntungan lapangan2 gas yang saat ini ada disana.

 

– 🙁 “Betul ya dhe, semestinya diikhlaskan, bukan dilupakan atau diabaikan, tapi di-ikhlaskan”
+ 😀 “Hiyo, tole … makna ikhlas itu bukan berarti tidak peduli, justru ikhlas itu artinya
menerima”

Liked it? Take a second to support Dongeng Geologi on Patreon!

8 KOMENTAR

  1. Mas Wandi
    Gambar itu aku buat ketika muncul bubble sekitar bulan november setelah muncul semburan baru. Aku tulis dan aku gambarkan disini :
    http://rovicky.wordpress.com/2006/11/08/bubbles/
    data-data spesifikasi semburan memang tidak aku dapatkan lengkap wektu itu.
    Perkebangan semburan2 baru saat ini mungkin tidak seperti yang tergambar. Mungkin sekali muncul semburan lain akibat kondisi bawah permukaan yang sudah “tercacah-cacah” pecah-pecah akibat amblesan. Dan kalau ada info baru tentang data-data semburan yang bisa diambil tentunya akan sangat membantu saya dalam ikutan membantu … eh menggangu (ngrusuhi) 😛

  2. Pak rovi menarik sekali tulisan dan penjelasannya? Tp ada beberapa tanggapan saya:

    1. dari gambar terlihat kalau bubble2 itu berhubungan dengan semburan utama. Tapi kalau berhubungan harusnya sifat dan komposisinya sama atau mendekati dengan semburan utama. Tapi dari data2 yang ada, bubble itu hanya terdiri dari air dan gas tanpa lumpur. Selain itu temperaturnya juga t ruang. saya pikir kemungkinan ini tidak berhubungan sangat besar melihat data2 tersebut. Ditambah katanya di lapangan ini terdapat shallow gas dengan kedalaman kurang dari 300 m atau 1000 ft.

    2. masalah penanganan saya juga sangat setuju. kalau melibatkan lapindo, apapun yang dilakukan masyarakat akan berpikir negatif. Saya pikir pemerintah melalui BPPT atau komponen lain seperti dept ESDM dilibatkan langsung dalam penelitian ini.

    3.masalah zona amblesan yang memiliki batas saya juga sangat setuju. kalaupun terjadi amblesan saya pikir hanya dengan diameter 5 km. ga bakal sampai lah ke pusat kota sidoarjo, surabaya apalagi membelah pulau jawa.

  3. kalo saya hanya dongkol ae kok pak dhe
    la yok po maneh,biasanya kalo saya pulang ke Malang dari Surabaya,hanya butuh waktu 1,5 jam
    lah saiki 3 jam iku wis apik e
    dulu jum’at jam 5 balik dari kantor terus sampe terminal bungurasih paling jam enam an terus naik bis,paling apes jam 9 udah nyampe rumah
    lah saiki kadang-kadang sampai rumah jam 11 bengi loh . ndak bete yok po sih,

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here