Sudah kita ketahui bersama bahwa tinggi tangul LUSI (Lumpur Sidoarjo) yang saat ini sudah mencapai 21 meter. Tanggul ini-pun sudah tidak dapat ditinggikan lagi. Bukan karena tidak mampu atau tidak ada biaya tetapi daya dukung tanah sudah tidak memenuhi syarat lagi.
– 🙁 ” Looh dhe bukannya karena Lapindo ngirit trus tanggulnya ngga ditinggikan ya dhe ?. Jangan-jangan emang sengaja ?”
+ 😀 “HUST … ora ngawur kowe !!! Itu penjelasannya mudah kok , tole. Jangan asal ngomong aja tanpa tahu dasarnya, tole”
Beban bukan ambles.
Setiap kita menjejakkan kaki ditanah maka akan ada tekanan kebawah. Nah tekanan ini akan ditahan oleh permukaan. Kalau permukaannya tidak tahan maka akan menyebabkan ada jejak telapak kaki. Nah itulah sebabnya mengapa kaki ayam kalau berjalan diatas tanah lunak akan lebih dalam masuk kedalam ketimmbang kaki itik atau bebek.
Nah sekarang tengok disebelah ini bagaimana bentuk kaki ayam yang kurus yang menjadikannya sulit berjalan diatas tanah lunak. Sedangkan disebelah kanannya kaki bebek yang menyebabkan bebek lebih mudah berjalan diatas tanah berair. Dan tentusaja kaki bebek ini juga dapat dipakai berenang.
Demikian juga gejala yang kita lihat pada bendung atau tanggul sementara yang ada di Porong. Tinggi tanggul yang setinggi 21 meter itu sudah merupakan ketinggian maksimum dari tanggul sehingga tidak terjadi amblesan akibat bebannya sendiri. Overtopping atau luberan yang terjadi saat ini sudah sangat kompleks. Tidak hanya akibat penurunan tanah karena amblesan dari bawah. Namun juga akibat beban dasar tanggul yang sudah mencapai titik maksimumnya.
Kalau saja tanggul kita kecilkan penampangnya maka amblesannya akan semakin besar. Hal ini mirip dengan kaki ayam yang mudah masuk kedalam tanah yang dangkal. Itu seandainya kita ubah dengan konstruksi beton, maka diperlukan sebuah tapak kaki yang lebih besar lagi. Apalagi kalau akan membuat tanggul setinggi 40 meter. Tambahan lagi kalau tanggul itu dibuat dari besi, atau pipa besi seperti yang diusulkan wong Jepun itu.
Potensi masalah konstruksi bendungan besi.
Tentu kita tahu berapa berat jenis beton, coba dibandingkan dengan berat jenis tanah, dan berat jenis besi. Semestinya sudah bisa dihitung berapa lebar “telapak ceker bebek” yang diperlukan untuk menyangga besi pipa setebal yang diusulkan itu. Semakin tebal tentunya lebar kaki bebeknya juga akan sekamin lebar kan ? Nah inilah yang mungkin akan menjadi potensi masalah ketika besi atau pipa baja raksasa akan dibanggun sebagai tanggul dengan tinggi 40 meter mengelilingi semburan.
– 🙁 “Pakdhe, teori ceker bebek itu kok malah ngga pakai sebagai teori ceker ayam sih ?”
+ 😀 “Oooh itu beda tole, pasak bumi ceker ayam itu memanfaatkan gaya gesek dinding tiang pancang ke tanah sekelilingnya”
– 🙁 “whaaduh sampuun Dhe. Nek takok terus malah mumet dewe aku nih”
Nah kalau menginginkan detilnya tentusaja seperti yang disarankan oleh Pak ADB untuk mencoba teknik GPR (Ground Penetrating Radar) untuk melihat konstruksi bawah permukaan hingga50 meter. Atau dapat juga dilakukan soil boring hingga 50 meter untuk melihat daya dukung tanah sebelum dibuat bangunan diatasnya. Mungkin sekali Kimpraswil sudah memiliki data untuk lokasi sekitar semburan ini ketika membuat Almarhum Jalan Tol Porong.
– 🙁 “Kok almarhum ta Dhe ?
+ 😀 “kan jalannya sudah terkubur ” 🙁
Jadi mestinya timnas eh BPLS sudah bisa membedakan mana penurunan yang terjadi akibat ambles dan mana yang akibat beban kan ? Anda juga tahu kan ?
Tambahan: gambaran gaya-gaya pada tiang pancang
Tiang pancang itu berbeda dengan bantalan (base).
Dalam bantalan seperti yang terdapat pada gambar diatas terlihat adanya Q (merah) yang merupakan beban dari berat tiangpancang. qb adalh gaya tolak dari bawah yang menahan, besarnya tergantung penampang tentusaja.
Lah dalam tiang pancang itu ada Ts (biru) yang merupakan gaya gesek antara tanah dengan tiang pancang. Gaya berwarna biru inilah yang dipakai sebagai penahan.
Sehingga didalam tiangpancang ini bukan hanya luas tiang penampang saja yang dipakai sebagai pendukung. Tetapi justru permukaan dinding yang bergesekan dengan tanah inilah yang menjadi gaya pendukung beban diatasnya.
Sakjane wong teknik sipil yang lebih tahu soal tiang pancang ini. Bukan aku lah yaw. Ada ngga sih blogger dari ahli teknik sipil yang mau berbagi ilmu ?
– 🙂 “Lah pakdhe niku ahli minyak apa ahli bencana, atau ahli ndongeng ta dhe ?
+ 😀 “embuh iki tole, ”
– 🙂 “Kayaknya yang paling pas ya Mailist Engineer atau Geoblogist”
+ 😀 “Hust !”
tolong bantuan nya saya saat ini sedang mengambil skripsi tentang bendung di bribin, nah say abingun meamsukannya di tinjuan nya, dinding penahan , atau waduk, kaeran berbentung dinding tapi fungsinya menahn air yang akn disalurkan kepipa, mohon bantaun nya judulsaya stabilas bendung bribin 2 jogjakarta, kl da solusi mohon tolong di eamil, matur nuwun terima kasih
………………………………
di tunggu yha sekarang…
coz tugasnya besok dikumpulin…
tak lupa juga bagimana menghitung kapasitas air tanah???
dan…
identifikasi kedalaman air tanah….
salam…
^^
aduh bagaimana neh cara menghitung potensi air tanah???????????????
saya bingung sekali………..
ada yang mampu membantu aku di sini?
tolong donk?!
sekarang beres yha….
aku gak tau?
kok aku bodoh amat yah…
^^
Anjaya ->
Kalau data-data semestinya ITS (Pak Amien Widodo – T Sipil), semstinya punya data lebih banyak ketimbang aku yang jauh dari lokasi Lusi binti LuLa ini.
Baca-baca saja dulu tentang “Safety engineering” terutama untuk pembuatan tanggul. Setelah itu tambahkan faktor “subsidence” atau penurunan tanah sebagai faktor risiko khususnya tanggul di Sidoarjo ini. Dalam T Sipil ada yg disebut settlement (akibat load/beban termasuk pemampatan), tapi ada juga yg mirip dengan itu yaitu subsidence (akibat penurunan).
Assalamu’alaikum
Pak de, Pak R.Irawan, dll saya ingin konsultasi…
berhubung skripsi saya mengenai simulasi kekuatan tanggul (safety factor) lumpur lapindo. Sebenarnya saya kurang jelas dengan topik yang diberikan oleh pembimbing tapi karena kasusnya menarik, jadinya saya terima. Sedangkan saya sendiri dari jurusan matematika. nah, kira-kira yang cocok untuk saya teliti itu bagian yang mana ?. trz, saya boleh minta data-data yang berhubungan dengan skripsi saya tersebut ?
Ayo pak de, saya butuh. matur nuwun
Anjaya ITS
Masalah LUSI nek jareku wis kadaluarsa kabeh olehe gawe ide,LUSI isok mandek dewe nek kabeh pejabat NKRI wis sadar,iling ambek waspodo karo Rakyat kawulo Alit. Gak mikiri dadi pejabat Golongan Karuptor sing ikhlas olehe ngabdi nang NKRI,lak ngono a..Cak,Gok,Yu,Neng ambek Pakde.
klo g salah sekarang di rumahe penduduk skitare lapindo uda ada semburan kecil ya dhe???apa itu juga perlu diperhitungkan??klo tanggul sipertinggi lagi kemungkinan daya tekan keatas lumpur akan kurang ato malah macet,,trus seperti rumusnya fluida dalam botol tertutup jika diberi tekanan maka tekanan akan disalurkan kesegala arah.mengingat akan halnya semburan kecil dirumah penduduk……la nanti klo tekanan keatas g bisa dilaksanakan c lumpur la lak lumpur nyembur lewat dinding yang paling rentan ya dhe???ya itu klo mengingat rumus fluida dalam botolll loh….
Pak Ashura, mengenai pengaruh gempa, Bapak saya undang ke dusun Janten, Kalurahan Ngestiharjo,Kecamatan Kasihan Bantul, untuk menyaksikan apakah pengaruh gempa signifikan didusun tersebut.
Kepada Bapak akan saya perlihatkan suatu kampung yang rumah-rumah temboknya dibangun sebelum perang dunia Ke II atau masih pada jaman penjajahan Belanda. Disitu kwalitas bangunannya jauh sekali dari klasifikasi bangunan tahan gempa. Tetapi apa yang terjadi ? Banyak bangunan masih utuh, hanya rusak ringan ( retak-retak saja), bahkan ada rumah yang dinding batu batanya sudah kelihatan karena kulitnya dicucuki burung, samasekali masih utuh,tidak retak maupun roboh, padahal konstruksinya tidak pakai beton bertulang hanya pilar-pilar batu bata sebagai penguat dindingnya. Dan didusun itu tidak ada yang namanya SUMUR MUNCRAT airnya.
Bila ditarik garis lurus dari desa yang hampir seluruh bagunannya ambruk akibat gempa di Plered Imogiri ( dekat episentrum), jaraknya sekitar 25 Km.
Sedang Janten dari kampung Prawirotaman dan Karangkajen yang sebagian besar rumahnya rusak berat (termasuk ambruk) dan banyak banyak air bercampur pasir menyembur dari sumur atau lantai konblok ( liquifaksi) hanya berjarak 5 Km garis lurus.
Berdasar perbedaan kejadian akibat gempa pada 2 tempat yang sangat dekat dengan pusat gempa tersebut, kiranya dapat disimpulkan bahwa semburan Lusi yang ada di Porong sejauh 400 Km dari Yogya bukanlah akibat gempa, melainkan akibat kecelakaan pengeboran dikarenakan tenaga pengeboran yang lalai saat pengeboran dan saat terjadi blow out, mereka PANIK dengan memompakan lumpur berat dilubang bor untuk melawan tekanan dari bawah, namun menggunakan pompa dengan tekanan berlebihan (400 bar) sehingga lumpur berat mencari jalan keluar kembali keatas menyembur dari lubang yang berjarak 150 meter dari sumur bor. Jadi semburan lumpur yang kemudian menjadi bencana adalah karena “dibuatkan”saluran oleh lumpur berat yang dipompakan itu.Sesudah pemompaan lumpur berat berhenti baru Lusi menyembur keluar.
Kesimpulan:
Dusun Janten di kecamatan KASIHAN Bantul adalah saksi bisu yang mendukung sikap kenapa kita tidak KASIHAN kepada Lapindo.
Lapindo bukan KAMBING HITAM, tetapi DOMBA PUTIH yang harus disembelih untuk keselamatan dan kelangsungan hidup warga yang terkena bencana.
menutup pusat semburan lusi hanya memperpanjang masalah, kalopun bisa ditutup pasti lumpurnya keluar di tempat lain melalui bidang rekahan, kasihan lapindo jadi kambing hitam.lusi murni bencana alam akibat pengarug gempa jogja…
Kenapa harus memikirkan menahan sesuatu yang sulit ditahan. kenapa tidak menyalurkan aja. seperti Thay Chi itu lo…. Meminjam tenaga lawan untuk menjatuhkan….
Pak Dhe,
Setelah saya tahu anda pakai BlackBerry saya baru ngeh, apalagi ketika di IPA kemarin saya liat PakDhe ngetik di BlackBerry … pas mau ke toilet ! …
wee la ya pantes,
dimana-mana saja bisa ngimil 🙂
anda bener-bener efisien dalam bekerja
Bisa ngeblog, bisa kerja, sempat ngimil, eh masih buat paper juga di IPA
Superb ! 😛
“Lah pakdhe niku ahli minyak apa ahli bencana, atau ahli ndongeng ta dhe ?”
—-
jawabane:
Milist-ers !!!! hahahaha. =p~ pecandu milis minyak =p~ hihihihi.
wah hebat, ternyata githu ya penjelasan ilmiah kenapa kaki ayam dan kaki bebek berbeda
Udah dech, ayo dimulai wae operasi tekanan-balik itu….
Pusing, wis ra iso dibampet, kei pager wesi opo iso mbentengi lendhut, mumet…..
Satu kata: ” Cape… deehhhhh….”
karna gak mudheng, nonton aja ah..
Pak dhe, IAGI net sekarang kok gak bisa dilihat ya? Kemarin-kemarin bisa lho. Padahal disitu kan ada topik amblesan dan pembebanan, LUSI dan lain-lain. Kalau dikunjungi jawabnya selalu MAIL ARCHIVE NOT FOUND gitu.
Soal amblesan mungkin yang banyak tahu Pak Amien Widodo, beliau dari ITS yang banyak menangani bencana alam,termasuk meneliti amblesan disana.
Didaerah saya banyak bertebaran patok-patok warna biru muda dan ada logam kuningnya dengan ukuran 4 X patok batas pekarangan. Patok-patok tersebut ada identifikasinya dari Badan Pertanahan Nasional. Saya menduga patok tersebut adalah acuan untuk suatu pengukuran, misalnya tinggi tempat tersebut terhadap muka laut dalam suatu kontur peta. Jadi kemungkinan juga kalau ketinggiannya dpl sama , maka 3 titik dapat dipakai untuk acuan pengukuran. Bila di Porong Badan Pertanahan Nasional juga memasang patok tersebut jauh diluar wilayah amblesan , barangkali ini juga dapat dipergunakan sebagai acuan elevasi tempat yang stabil dengan tinggi tertentu diatas permukaan laut.
Betul Ompapang, by definition memang benar.
Tetapi bagaimana kita tahu bahwa yang terjadi saat ini dominan ambles atau dominan beban ?
Soalnya titik pengukurannya (kebanyakan) berada diatas dam. CMIIW. Apakah triangulasi, titik ikat di titik STABIL sudah ada ?
Menurut saya , ambles adalah kejadian penurunan posisi akibat adanya beban. Sedang beban itu dapat berasal dari beratnya benda itu sendiri atau muatan yang ditindihkan pada benda yang dimaksud. ( dapat berupa tanah,bangunan atau alat angkut)
Kalau AMBLESan dan BEBAN dikapal mudah kelihatan, sebab ada garis pada lambung yang misalnya berupa perbedaan warna cat merah bagian bawah dan putih bagian atas. Bila kapal tanpa BEBAN garis batas itu berada agak diatas beberapa puluh cm diatas muka air, tetapi sesudah di BEBAN i, lambung kapal akan AMBLES kedalam air yang ditunjukkan jarak garis batas tersebut kemuka air mengecil. Makin besar BEBAN, makin besar pula AMBLESAN.
BEBAN dinyatakan berlebih bila garis batas tersebut berada dibawah muka air misalnya..
Akan halnya amblesan tanah oleh berat sendiri atau muatan, mestinya ditentukan berapa centimeter dari posisi semula berdasar bidang yang dibentuk 3 titik tri anggulasi disekitarnya yang dipakai sebagai referensi( pathokan). Demikian juga kalau diperkirakan dari hasil pengamatan dengan satelit, mestinya ada pathokannya juga, terhadap bidang mana amblesan itu terukur.
Pak Dhe
Mbedakno Ambles sama Beban itu kan susah dhe. Kan kita hanya punya data pengukuran penurunan permukaan yang merupakan total penurunan akibat ambles dan akibat beban.
Jadi bagaimana membedakannya ?
Apalagi kalau ngga salah pengukurannya kebanyakan dilakukan diatas bendungan/tanggul, kan ?
Betul sekali, 100 untuk mas Agus !!
wah berarti pake gabungan dong, dinding sumur berbentuk pelat yang diluarnya diperkuat dengan lingkaran cincin om yanatan. kalo membaca komentnya ompapang jadi inget percobaan waktu sd dulu suatu tabung di lubangi di beberapa tempat yang berbeda ketinggiannya (h) buat membuktikan bahwa tekanan hidrostatis makin keatas makin kecil.
Betul sekali pak Yanatan, sebagai konstruksi sumur baja beban terutama dari samping/horisontal, tetapi besar GAYA TEKANnya tidak ditentukan oleh berat 1 juta ton lumpur, melainkan oleh tinggi (h) genangan dari dasar sampai permukaan dihitung persatuan lebar dinding.
Menurut saya, cara menghitung kekuatan sumur baja terhadap beban adalah sama dengan cara menghitung kekuatan tarik memanjang/belahan (bukan melingkar /potongan melintang ) dari dinding ketel uap yang berbentuk drum atau tabung.
Pada ketel uap bila tekanan melampaui kekuatan, ada kemungkinan ketel meledak menjadi seolah-olah terbelah seperti meriam bambu yang meledak. Demikian pula yang terjadi pada sumur baja, bila tidak mampu menahan gaya tekan dari lumpur yang ada didalamnya akan terbelah, mekar seperti bunga atau “njeprak” seperti sapu lidi.
Jadi pada sumur baja harus diberi SABUK penguat untuk mencegah mekarnya ( membesarnya diameter) dinding sumur bagian atas.
Kalau tiang Pancang pada bangunan bertingkat banyak, jembatan highway dsbnya, unumnya beban datang dari atas, tapi kalau dipakai sebagai konstruksi sumur baja, maka tekanan selain datang dari atas (berat tiang) juga datang dari samping karena harus menahan tekanan berat lumpur 1 juta ton lebih didalam sumur tsb,
Selain itu gaya geseknya akan banyak berkurang karena struktur tanah yang berair disekitar semburan mengakibatkan tanah menjadi lembek dan lebih licin.
tambahan: “luas permukaan “maksud saya “luas permukaan dinding yang dijepit tanah”, bukan ujungnya.
dhe, menurutku, yang bener gaya gesek adhesi bukan kohesi, sebab materialnya 2 jenis yaitu baja dan tanah. Kohesi untuk yang sejenis saja.
Btw, gaya gesek adhesi pada tiang pancang timbul karena tiang pancang saat dimasukkan kedalam tanah telah mengganggu kemampatan tanah sehingga tanah yang dimasuki mengalami compaction. Akibatnya tanah mengadakan perlawanan dengan menjepit tiang pancang tersebut. Gaya jepit tersebut bekerja tegaklurus permukaan tiang pancang. Seperti kata pak dhe, makin luas permukaannya makin besar gayanya. Jadi makin dalam tiang pancang ditanam didalam tanah yang sejenis, makin besar pula kekuatan untuk mendukung beban Q. Ketika tiang pancang dibebani dari atas ( Q ) tiang pancang akan ditahan oleh gaya geser/gesek Ts yang besarnya adalah Ts = Q x kofisien gesek tanah. Adapun koefisien gesek endapan lumpur atau tanah lempung lebih kecil dibanding tanah volcanik. Bila diujung dasar tiang pancang ada batuan ( bed rock ?) maka praktis beban Q hanya ditopang oleh tiang pancang sendiri dan gaya gesek Ts kurang berperan selama batuan tersebut dengan gaya qb cukup mampu mendukung beban .
Sebelum melaksanakan proyek besar dan berbahaya, pelaksana proyek harus menampilkan simulasi engineering proses atau tahapan pelaksanaan proyek yang memperhitungkan dan melibatkan segala aspek data teknik kondisi peralatan dan alam yang berhubungan secara nyata di lapangan.
Nasa telah melakukan simulasi engineering sebelum melaksanakan proyek penerbangan pesawat ulang-alik yang bernilai jutaan dollar. Walaupun pernah terjadi kegagalan dalam peluncuran pesawat ulang allik Chalenger karena ada kekurangan data teknis pesawat yang dilibatkan dalam simulasi.
Alam semesta ini sebelum diciptakan juga terlebih dahulu ada semacam simulasi (tercatat dalam Kitab besar), sehingga Penciptanya sudah mengetahui seluruh proses yang akan terjadi. Dalam Alquran disebutkan bahwa hal ini bagi Allah adalah mudah.
Kalau melihat definisi dibawah ini :
1) Cofferdam – A temporary dam designed to contain and divert water away from the excavation for a dam or other facility during construction. In some embankment dams the cofferdam is subsequently incoporated into the main, larger structure.
2) Sheet Pilling – Plates of steel driven into the foundation of a dam to reduce or eliminate seepage beneath a dam.
Keduanya bertujuan untuk membendung dan/atau memindahkan aliran air sungai/laut sementara, kemudian mengeringkannya supaya dapat mengerjakan konstruksi utama.
Tapi kemudian teknik ini mau dipakai untuk tujuan lain membendung air lumpur dari dalam bumi dan menampungnya untuk waktu yang lama dan bukan sementara, jadi pasti ada asumsi lain yang harus dipenuhi sehubungan dengan fungsi dan situasi yang baru antara lain :
1) Konstruksi secara keseluruhan harus tahan terhadap kemungkinan amblesan.
2) Dinding konstruksi harus tahan terhadap tekanan lumpur yang tertimbun dalam sumur, kalau dihitung dari volume (diameter 120 meter dan tinggi 40 meter) tidak kurang dari 1 juta ton lumpur padat.
3) Kesulitan dan kerumitan dalam implementasinya dilapangan terkait dengan situasi terkini.
4) Belum lagi soal besarnya biaya yang harus dipikirkan dari mana sumbernya.
Pak Yanatan, sheet pile ditanam dulu sampai berapa puluh meter sesuai kebutuhan gaya jepit tanah(gaya geser), sesudah terbentuk ring luar dan dalam, baru diatas permukaan atau 40 meter dari puncak ring ( tinggi ring 40 meter dari muka tanah) dibuat lantai baja atau mungkin beton berangka baja yang diikat dengan ring luar dan dalam dengan las. Jadi nge LAS nya dipermukaan tanah,bukan diujung sheet pile yang sudah masuk dalam tanah. Kalau penampangnya digambar akan membentuk huruf H, bukan U, dimana dinding ring akan menjadi kaki-kaki huruf H.
Salam Lekom..
Sebenarnya ilmunya orang kito tuch udah sama dengan bangsa Jepun atau para bule, wong dasar yang dipakai juga sama. Yang membedakan cuman: UANG. Kita gak punya uang untuk mengembangkan Ip-Tek.., Lha ngono a Pak Dhe.
Sawise dak woco-woco, mungkin juga tergoda iklan, sepertinya cara yang disampaikan dengan konter-konter itu bisa dilakukan dengan bantuan “Silent Pilling”. Lha pertanyaannya, apakah tanah di bawah sana setabil, padat? Kalo gak, wah malah alat-alat mahal itu jadi tumbal, seperti kambing yang dikorbankan karena tanah yang gerak-gerak seperti Inul. He.he.., orang awam ini pesimis terus ya…
Wassalam
MAs Janatan
Amblesan memang tidak merata. Kita sudah melihat dalam peta amblesannya. Memang ide menggunakan hydraulic jackup mungkin cukup bermanfaat.
Ide mirip dengan coverdam adalah bukan dengan cincin tetapi dengan sheet piling (silent piling) seperti yg pernah ditulis disini dulu.
Sheet piling mungkin akan mengatasi problem ini, ketika amblesan tidak merata. Dan kalau menurut designernya, sheet piling ini lebih fleksible. Dan katanya bisa di retrieve atau dicabut kembali. Ketika lempung mengeras, maka mungkin kita bisa cabut ditaruh ditempat lain lagi.
Yang saya belum tahu bagaimana sheet piling ini memanfaatkan gaya kohesif dan adhesif tanah seperti pada piling umumnya
Ompapang, bagian bawah Ring Luar dan Ring dalam dihubungkan dengan selaput kaki bebek dengan dilas tapi caranya gimana ?, sedangkan kedua ring tersebut kan harus dipancang kedalam tanah paling tidak puluhan meter untuk menahan tiang diatas permukaan yang menjulang 40 meteran tersebut.
Masalah lain adalah bagaimana kalau diarea dalam radius 120 meter yang telah dipasang Cofferdam tersebut amblesannya tidak merata, misalnya ada selisih penurunan yang signifikan antara sisi satu dengan yang lain, apakah tidak menyebabkan konstruksi sumur baja secara keseluruhan menjadi patah dan akhirnya jebol oleh desakan lumpur yang sudah terkumpul dalam sumur setinggi 40 meter tersebut.
untuk menjawab Mas Janatan,
Tiang pancang aku masukkan diatas skalian aja ya.
Oom Papang
namanya silent piling kutulis disini
dhe, aku lupa ditopik mana aku posting tentang penggunaan sheet pile, itu lho blebekan besi seperti talang yang bisa bergandengan satu terhadap lainnya sambung menyambung seperti dinding pagar. Kalau gak salah aku ngomong untuk pembuatan tanggul melingkari pusat semburan agar air tidak mbrobos keluar. Sheet pile ini biasanya dipakai untuk pekerjaan pengecoran fondasi didaerah yang berair yang berfungsi penguatan tebing yang mencegah tebing galian longsor kedalam dan juga air tanah masuk kedalam galian.
Bagaimana kalau sheet pile ini dipakai untuk dam dobel cover ring luar dan ring dalam, sedang antara ring luar dan ring dalam dibuat lantai baja yang dilas mati dengan kedua ring tersebut sehingga “menjadi selaput kaki bebek “pada konstruksi tersebut ?. Dengan begitu permukaan yang luas dari kedua ring yang masuk kedalam tanah dapat dijepit oleh tanah sehingga gaya gesek menjadi besar dengan arah radial terhadap kedua ring/cincin sehingga dapat menahan beban gaya vertikal. Bila ditambah luas lantai “selaput bebek” maka makin dapat menahan konstruksi ambles kedalam tanah yang mendukungnya. Jadi konstruksi hanya dapat ambles bersama-sama tanah yang mendukungnya dalam amblesan skala besar.
Mas Rovicky, kalau pakai model tiang apalagi tingginya 40M plus yang dipancang kebawah katakanlah 20M jadi total 60M (dgn pipa 6″ tebal 1cm beratnya krg lebih 1 ton) maka seluruh tekanan dari berat tiang tersebut hanya ditahan oleh tanah seluas penampang tiang, jadi tekanan per cm2 sangatlah besar dan kemungkinan ambles juga besar, tapi kalau model cincin maka luasan permukaan yang akan menahan beban jauh lebih luas dan tekanan per Cm2 jauh lebih kecil
Sakjane ya bisa saja pakai tiang pancang.
Sorry ngga disebut ditulisan atas. Kalau tiang pancang akan memanfaatkan gaya gesek tiang dengan tanah disekeliling yang akan menahan supaya tidak amblas kebawah, tetapi hal ini tentunya perlu diteiti dengan uji pancang dulu.
Hanya konsen saya, kalau daerah ini merupakan daerah yang memilki tanah yang gembur dengan bearing capacity rendah ya dipancang malah pancangnya amblas kebawah.
Perlu penelitian lebih lanjut !!
Hidraulic Stabilizer terpasang melekat pada cincin bagian bawah dan kaki cylinder bawah yang bertumpu ketanah dibawahnya (lihat gambar), kalau cincin bagian bawah ambles kan tinggal ditambah dengan cincin2 berikutnya pak, dan perlu diingat bahwa kalau tanah dibawah ambles 1m maka dengan adanya stabilizer ini cincin bagian bawah hanya ambles 5Cm saja.
Mas Janatan
Apa yg dipakai untuk menahan hydraulic stabilizer ini ?
apakah dia mengambang atau bertumpu pada tanah bagian bawah ?
Kalau bertumpu di tanah ya pasti amblasss lah …, lah wong pakai bendungan yang lebar saja ambles kok mau pakai kaki kecil.
gimana pak dhe ?
…kayaknya “bebek” aja tau !
Satu alternatif dari teknik counter weight tanggulnya tidak dibuat berdiri tegak, tapi melingkar berbentuk cincin2 baja pembuatannya bisa secara knock-down (terpotong-potong) supaya cara memasangnya lebih mudah, detailnya dapat di lihat di :
http://www.geocities.com/yonathan1626/Counter_weight_SteelRing.html
saya iseng-iseng ngitung, itu bila benar dilaksanakan saya kira adalah teramat sangat sulit sekali terwujud(kalo ndak mau dikayakan impossible) lha wong ibaratnya membangun bangunan besi seluas stadion sepakbola seperti Senayan di atas lumpur, dengan asumsi ketebalan dinding besi 1 cm saja berat total konstruksi itu mencapai 987 ton! saya kira nggak mungkinlah konstruksi ini mau di-apung-kan, soalnya tujuannya membendung luapan lumpur, kalau di-apung-kan ya malah “mbrobos” dari bawah. (lihat artikel pakdhe yang membahas masalah mbrobos membrobos ini, judulnya lupa je).
Pipa besi dengan diameter 100 m dengan tinggi 40 m, kalo mau dibangun on site gimana mbangunnya, dimana-mana ada lumpur.
kalo mau dibuat di tempat lain gimana mbawanya, sangat besar(kaya stadion sepakbola) dan berat lho hampir 1000 ton!
Tambahan lagi lumpur kalo nggak salah termasuk dilatant liquid (seperti pasir hisap) atau paling tidak mendekati perilaku seperti itu, sehingga hukum archimedes tidak bisa diterapkan begitu saja, seperti kasus Kapal induk yang beratnya 100-an ribu ton bisa mengapung di atas air laut, karena air laut adalah Newtonian liquid.
Dengan konstruksi khusus, gaya berat baja yang mengarah ke pusat bumi akan mendapat perlawanan dari tekanan fluida di bawahnya. Ini seperti muatan besar di atas perahu Nabi Nuh atau kapal induk dengan berat ribuan ton, kapal tetap dapat mengapung di atas air.
Dalam kasus lumpur Lapindo, jika konstruksi pipa baja memiliki lempengan/plat melengkung mirip wajan tertelungkup tidak mudah amblas karena adanya tekanan dari fluida dinamis yang terperangkap di bawahnya.
Salam Lekom
Aku bersyukur dudu dadi wong proyek LUSI. Dari uraian Pak Dhe Rovick serta foto-foto dari udara, kalo mo bikin “gentong” yang bunder + pondasinya dengan diameter 50 m + tinggi 40 m kuwi kudu nyemplung nang lumpur yang kedalamannya udah lebih dari 10 m. Aku ki, lagi-lagi sebagai orang awam, komentator wae, yakin kalo bikin pondasinya saja adalah mission impossible, mesq sisi manusiaku bilang, cuboen wae, gagal khan tinggal nunggu ide berikutnya..
Wassalam
kabarnya mbangun dulu,kalau berhasil dibayar,kalau gak berhasil tak dibayar. Tapi kalau dampak negatif lebih luas siapa yang bayar ?
ass.Wr.wb
Sebagai suatu cara yo….kita hargai, cuman biayanya khan dari lapindo, kira-kira lapindo siap cash and carry gak tuh dananya?. jangan sampai di tengah jalan berhenti kaya bolang-baling beton itu. Tolong deh direnungkan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Tapi pak deh, ane mau tanya kok udah hampir satu bulan bau khas lUSI kok tidak tercium, apa karena arah angin atau apa?.
dhe, konstruksinya nanti seperti pasak bumi pagar betis yang dipantekkan sedalam-dalamnya to dhe ?